ANALISIS
PENGARUH BRAND IMAGE (CITRA MEREK)
SEPATU CONVERSE ALL STAR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PENGGUNA SEPATU CONVERSE ALL STAR PADA MAHASISWA
UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI
Endro Sukotjo
Aryanti Dwi
Rahayu
ABSTRACT
This research aims to discover and analyze the
effect of brand image Converse All Star shoes to interests
buy of user of Converse All Star Shoes On The Students Of Haluoleo University Kendari.
The number of samples used in this research as much as 50 respondents who were
users Converse All Star shoes. The sampling is done by
using the accidental sampling. This research used
a simple linear regression
analyzes aided with the program SPSS 17.0.
The results of this research indicates that the
variable brand image (X) positive impact on consumer buying interest (Y) with
the regression coefficient of 0.667. the result of the testing of hypotheses indicate that the value t count> t table
(6.210> 1.678) with a probability value <0.05 (0.000 <0.05).
Keyword : Brand, Image, Interests, Buy
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Konsumen memiliki arti
penting dan sangat strategis dalam membangun bisnis. Pada dasarnya konsumen
membeli produk karena hendak memanfaatkan nilai dari produk yang dibelinya. nilai
produk diwujudkan dalam manfaat serta berbagai atribut yang membungkus produk;
sehingga pebisnis terus membangun
kekuatan produknya melalui berbagai atribut produk. Oleh karena itu, persaingan dalam memperebutkan hati konsumen tidak lagi terbatas pada
atribut fungsional produk seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan
dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, (Aaker, 1991
dalam Rahma, 2007).
Merk telah menjadi cara efektif untuk meraih keunggulan kompetitif
berkelanjutan dengan membentuk brand
image (citra merek) yang baik dimata konsumen. Brand image itu sendiri adalah
sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen.
(Rangkuti, 2004).
Keberadaan merek semakin penting mengingat persaingan yang terjadi mengarah
pada persaingan global dan terjadi antar industry, pasar telah semakin terbuka.
Keadaan ini mendorong perusahaan untuk terus kreatif dan mendorong inovasi
dengan memperhatikan merk, seperti yang dikemukakan
Urde (1994), perusahaan di masa depan akan semakin bergantung pada brand.
Disisi lain, sikap akan
mendorong minat dan keinginan konsumen dan membentuk perilaku, dan membangun
ketertarikan serta keyakinan konsumen terhadap produk. Merek dapat mempengaruhi minat
beli konsumen, menjelaskan bahwa citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Sikap
biasanya memainkan perasaan utama dalam membentuk perilaku. Sedangkan minat itu
sendiri menurut Slamet adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu hal diluar diri
(Sutisna, 2003, Slamet, 2003).
Disisi lain, membentuk kepuasan dalam diri individu yang menghasikan
kesan kualitas (persepsi nilai yang dirasakan pelanggan atas mutu produk) terhadap
suatu merek dapat menciptakan pembelian berulang, merek khususnya brand image mempunyai posisi strategis
dalam persaingan yang tidak dapat diabaikan oleh perusahaan dalam rangka
menarik minat konsumen dalam menggunakan produk yang ditawarkan. Oleh karena
itu, penulis
tertarik melakukan penelitian dengan menganalisis bagaimana brand image pada produk sepatu merek
Converse All Star dalam mempengaruhi minat beli konsumen
khususnya mahasiswa pengguna sepatu Converse All Star di Universitas Haluoleo
Kendari dilihat
dari reputasinya, tingkat dikenalnya sebuah merek, hubungan
emosional terhadap merek, serta
kesetiaan konsumen terhadap merek. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian “Analisis Pengaruh Brand Image (Citra Merek) Sepatu Converse All Star Terhadap Minat Beli Konsumen Pengguna Sepatu Converse
All Star di Kalangan Mahasiswa di Kota
Kendari”.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang dikemukakan di atas, maka masalah pokok yang timbul adalah apakah brand image (citra
merek) sepatu Converse All Star berpengaruh terhadap minat beli mahasiswa Unhalu di Kota Kendari
3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image (citra merek) sepatu Converse All Star terhadap minat beli mahasiswa Unhalu di Kota
Kendari.
4.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Menjadi suatu kajian dalam
mempertimbangkan pelaksanaan brand image untuk
menciptakan minat beli konsumen yang baik.
b.
Memberikan masukan atau dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi perusahaan yang dalam hal ini produsen sepatu Converse All
Star yang ada di Kota Kendari dalam mengambil keputusan dan kebijakan berkaitan
dengan upaya menarik minat konsumen dan mempertahankan brand image kepada konsumen.
c.
Bagi
penelitian selanjutnya, sebagai bahan referensi yang dapat menjadi bahan
penelitian lanjutan atau sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian
di masa yang akan datang, khususnya
penelitian yang berkaitan dengan brand
image atau minat beli konsumen.
d.
Bagi
peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan materi perkuliahan yang
diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan.
5.
Ruang Lingkup Penelitian
Agar
penelitian ini lebih baik, maka penelitian dibatasi pada ruang lingkup mengenai
:
a.
Brand Image (citra merek), merupakan keyakinan konsumen pengguna tentang suatu merek tertentu. Indikator untuk mengukur brand image adalah :
(1)
Reputation (nama baik)
(2)
Recognation (keterkenalan)
(3)
Affinity (hubungan emosional)
(4)
Brand Loyality (kesetiaan merk)
b.
Minat Beli, yaitu selera konsumen yang menjadi
dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang
untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.
Indikator yang digunakan untuk mengukur minatb beli yaitu :
(1)
Minat Transaksional
(2)
Minat Refrensial
(3)
Minat Preferensial
(4)
Minat Eksploratif
B.
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Brand (Merek)
Pemasaran sabagai salah satu
fungsi bisnis organisasi, bertujuan untuk membangun hubungan yang menguntungkan
dengan konsumen. Fungsi pemasaran adalah bagaimana menemukan dan memenuhi kebutuhan
dan keinginan knsumen, dan merangsang permintaan sehingga tercipta hubungan
yang menguntungkan organisasi. Pemasaran semakin memainkan peran penting dalam
membangun keunggulan bersaing, mengingat pemasaran merupakan satu-satunya
fungsi dalam organisasi yang berhubungan langsung dengan konsumen.
Posisi strategis tersebut
menyebabkan tugas pemasaran menjadi semakin kompleks, pemasaran tidak hanya
sekedar bagaimana memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen,
tetapi lebih jauh lagi, bagaimana mengelola sumberdaya perusahaan dan potensi
pasar, menciptakan permintaan yang dinamis.
Produk (barang dan jasa)
dalam kegiatan pemasaran tidak sekedar dilihat dalam makna riil, tetapi lebih
penting lagi dalah melihat lebih dalam lagi tentang ada apa dibalik suatu
produk. Penilaian ini penting karena pemasaran bukan hanya sekedar bagaimana
menjual produk, tetapi lebih strategis lagi adalah melihat sisi dalam diri
konsumen, mengapa konsumen membeli suatu produk. Oleh karena itu orientasi pada
pasar/konsumen merupakan hal yang harus dilakukan oleh organisasi. Lebih dalam
lagi tentang kondisi psikologi konsumen.
Organisasi perlu menanyakan lebih dalam mengapa seorang
konsumen lebih suka membeli produk dengan merek dan karakteristik tertentu, dan
tidak mau beralih kepada produk atau merek lain. Sering pula konsumen membeli
produk hanya melihat dari sisi merek. Merek produk menjadi semakin penting
manakala konsumen merasa bahwa merek identik dengan prestise, atau nilai tertentu, sehingga
konsumen menganggap merek lebih penting dari produknya. Konsumen membeli produk
bukan karena produk itu teetapi karena mereknya.
Berdasarkan pandangan dari
sisi konsumen tersebut, maka perusahaan dan pemasar perlu memaknai merek bukan
hanya sebagai sebuah nama atau tanda untuk membedakan produk yang dihasilkan
dengan produk dari perusahaan pesaing, tetapi perusahaan harus dapat
memanfaatkan untuk membangun kepercayaan dengan konsumen. Disamping itu melalui
merek, perusahaan dapat membangun nilai tambah dan daya saing di pasar. Untuk
produk-produk yang sudah terkenal, konsumen bisa lebih cenderung membeli
produknya karena merek dari produk tersebut bukan lagi pada atribut produk
lainnya.
Perusahaan/organisasi harus
dapat memanfaatkan moment tersebut untuk memberikan jaminan bahwa mereknya
identik dengan kualitas, harga, prestise, nilai jual kembali, manfaat,
keamanan, budaya, cermin diri, dll. Merek yang dibuat harus dapat mencerminkan
siapa yang ada di balik produk tersebut, siapa pemakainya (Simamora, 2003;
Kotler 2013).
Merek sebuah produk hendaknya
dapat mencerminkan atribut dari produknya, pemberian nama untuk suatu merek
bukanlah pekerjaan sederhana. Pemberian merek adalah seni dan bagian yang
sangat penting dalam kegiatan pemasaran. Merek secara filosofi pada dasarnya
merupakan janji organisasi/perusahaan kepada konsumen atau stakeholder. Karena
itu merek harus mencerminkan konsistensi perusahaan terhadap konsumen, manfaat dan jasa yang dapat diperoleh
konsumen bila mengkonsumsi produk tersebut.
Merek juga merupakan unsur
yang digunakan oleh perusahaan dalam bentuk nama, istilah, tanda, simbol,
rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan
untuk membedakan dari produk pesaing (Aeker, 1991; Kotler, 2000; Tjiptono,
2000; Lamb, 2001; www.wipo.int/ebookshop,
2006)
Kekuatan merek pada produk
dapat menjadi penghambat masuknya pesaing baru, maupun pesaing lain yang sudah
ada untuk memasuki pasar yang sama. Dari sisi pandangan konsumen, merek yang
terpercaya merupakan salah satu jaminan untuk memperoleh loyalitas konsumen.
Karena konsumen percaya, kinerja produk dapat diwujudkan dari mereknya. Melalui
merek, konsumen berkeyakinan bahwa produk akan memberikan kualitas terbaik,
kenyamanan, status, dan pertimbangan lainnya ketika konsumen melakukan
pembelian.
Kekuatan merek bagi
perusahaan tidak hanya sekedar agar konsumen mudah mencari produk yang hendak
dibelinya, tetapi juga dapat memberikan rasa aman bagi konsumen karena dengan
adanya merek maka dapat memberikan perlindungan hokum bagai konsumen, merek
merupakan atribut produk yang pertama dilihat oleh konsumen, sehingga bagi
perusahaan, merek merupakan sarana untuk menarik pelanggan. Melalui merek,
perusahaan dapat membangun kesetiaan pelanggan. Merek dapat digunakan
perusahaan untuk mempermudah melakukan segmentasi pasar. Disamping itu merek
yang kuat dapat digunakan untuk membangun citra dan image konsumen dan
memudahkan perusahaan untuk meluncurkan produk-produk baru. Manfaat lain dari
merek adalah memudahkan konsumen/pembeli untuk menceriterakan kepada orang lain
tentang produk yang dibelinya (Kotler dan Amstrong, 2009, Kotler, 2013)
2 Image
(Citra)
Image (citra)
mempunyai peranan penting bagi konsumen dalam menentukan minat pembelinya.
Karena bagi konsumen, sebelum menentukan produk yang akan dibeli. Citra akan menciptakan kepercayaan merupakan
dasar untuk mendapatkan pembeli yang setia dan meningkatkan nama baik
perusahaan. Konsumen sering memakai faktor
emosional pada merek tertentu, berdasarkan
serentetan kualitas yang diinginkan atau fitur-fitur yang terwujud dalam
produk-produk yang dimiliki merek tersebut. Citra adalah gambaran yang
dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989). Pride dan Ferrell mengemukakan bahwa untuk
menarik konsumen maka sebuah iklan pada produk
harus memperhitungkan suatu image atau citra yaitu gambaran fungsional dan
gambaran psikologis dalam pikiran konsumen. (Pride dan Ferrell, 1989 dalam
Suryani Ningsih, 2009).
Simamora (2002), mendefinisikann bahwa citra adalah
persepsi yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra,
sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus
jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat
perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, maka muncullah
posisi merek.
Pendapat lain menurut Kotler dan Keller (2009)
bahwa citra adalah masyarakat yang mempersepsi (memikirkan) perusahaan atau
produknya. Identitas yang efektif melakukan tiga hal yaitu : Ia membangun
karakter produk dan proporsi nilai. Ia menunjukkan karakter ini dengan cara
yang menonjol. Ia mengerahkan kekuatan emosional melebihi citra mental. Supaya
berfungsi identitas itu harus diwujudkan melalui setiap sarana dan kontak merek
yang tersedia. Ia juga harus diserap iklan, laporan tahunan, brosur, katalog,
kemasan, perlengkapan kantor perusahaan dan kantor bisnis. Sedangkan menurut
Kapferer (1992) bahwa image
is on the receiver side, sedangkan identity
is the sender side. Artinya, citra marek (images) adalah sebagaimana masyarakat mengartikan semua tanda-tanda
yang dikeluarkan atau disampaikan oleh merek melalui barng-barang, jasa-jasa
dan program komunikasinya. Dengan kata lain, citra adalah reputasi.
Selanjutnya Nugroho (2003)
mengatakan image atau citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak
cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Citra akhirnya akan
menjadi baik, ketika konsumen mempunyai pengalaman yang cukup dengan realitas
baru. Realitas baru yang dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja
lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik.
Image menurut Temporer (2000) adalah “image
is the market summation of complete product”. Bahwa citra
adalah penjumlahan pasar produk
yang lengkap, artinya jika tidak memiliki citra yang kuat, produk sama saja tidak
berarti apa-apa, karena untuk menghadapi persaingan satu produk dengan produk
lain diperlukan citra yang kuat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa citra (image) adalah gambaran yang ada di
dalam
pikiran individu mengenai suatu obyek. Citra ini mengandung pengetahuan,
kepercayaan, ide-ide dan kesan individu terhadap suatu obyek dalam menentukan
minat pembeliannya.
3.
Brand Image (Citra Merek)
Brand image atau brand
description yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen
terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005). Kotler (2000) dalam Irawati dan Primadha (2008) menyatakan
bahwa brand image adalah sejumlah keyakinan tentang merek, sedangkan
menurut Aaker
(1991), Brand image dianggap sebagai ”bagaimana merek dipersepsikan oleh
konsumen”.
Menurut Davis
(2003) dalam Irawati dan Primadha (2008), mengatakan bahwa brand image
memiliki dua komponen, yaitu asosiasi merek dan brand persona.
Menurut Kotler (1993) dalam Simamora (2003) mengemukakan bahwa brand image adalah sejumlah keyakinan
tentang merek. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Rangkuti (2004) bahwa brand image adalah sekumpulan asosiasi
merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Sedangkan Shimp berpendapat
bahwa brand image (citra merek) dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat
sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek, sama
halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain. (Shimp, 2003 dalam Suryani
Ningsih, 2009).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa citra merek (brand image) merupakan sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek
itu tergantung pada persepsi seseorang apakah merek tersebut baik atau tidak.
4.
Minat Beli
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan
proses pemikiran yang membentuk suatu
persepsi. Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi yang terus terekam
dalam benaknya dan menjadi suatu
kegiatan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Minat beli muncul sebagai
akibat dari kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk dengan merk
tertentu. Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan
sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih
menyukai produk dengan merek tertentu.
Ajay dan Goodstein (1998) dalam Rahma (2007)
mengatakan bahwa jika kita ingin mempengaruhi seseorang, maka cara yang terbaik adalah mempelajari apa yang
dipikirkannya, dengan demikian akan didapatkan tidak hanya sekedar informasi
tentang orang itu tentu lebih bagaimana proses informasi itu dapat berjalan dan
bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang dinamakan “The Buying Process” (Proses
Pembelian). Menurutnya proses pembelian meliputi lima hal :
1.
Need (kebutuhan),
proses pembelian berawal dari adanya
kebutuhan yang tak harus dipenuhi atau kebutuhan yang muncul pada saat itu dan memotivasi untuk melakukan
pembelian.
2.
Recognition
(Pengenalan), kebutuhan belum cukup untuk merangsang terjadinya pembelian karena mengenali kebutuhan itu sendiri untuk
dapat menetapkan sesuatu untuk memenuhinya.
3.
Search
(Pencarian), merupakan bagian aktif
dalam pembelian yaitu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan tersebut.
4.
Evaluation (Evaluasi),
suatu proses untuk mempelajari semua yang didapat selama proses pencarian dan mengembangkan beberapa pilihan.
5.
Decision (Keputusan),
langkah terakhir dari suatu proses pembelian untuk mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang diterima.
Lima tahap diatas merupakan suatu proses dimana
kita dapat memberikan suatu informasi persuasif yang spesifik untuk
mempengaruhinya minat beli konsumen. Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi
oleh konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk
dibeli. Keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi.
Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibanding pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk
membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibanding
pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang
sejenis. (Dwityanti, 2008).
Kotler dan Keller (2007) memberikan proses pengambilan keputusan membeli
model lima tahap :
1. Pengenalan
Masalah. Proses pembelian
dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut
dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
2. Pencarian
Informasi. Konsumen yang terangsang
kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi
pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian, pada level ini orang hanya sekedar lebih peka
terhadap informasi produk. Selanjutnya, orang itu mungkin aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
3. Evaluasi
Alternatif. Bagaimana konsumen
mengolah informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir.
4. Keputusan
Pembelian. Dalam tahap
evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam
kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang
paling disukai.
5. Perilaku
Pasca Pembelian. Setelah pembelian,
konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian
karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal
yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi
yang mendukung keputusannya.
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli
suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001
dalam Suwito, 2007). Selanjutnya, menurut Keller (1998) minat konsumen
adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa
besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya.
Sab’atun dalam Novianti, (2009) mengatakan minat
membeli adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan perasaan
senang terhadap barang tersebut,
kemudian minat individu tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan
yang meyakinkan bahwa barang tersebut
mempunyai manfaat sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan cara
membayar atau menukar dengan uang. Minat membeli pada konsumen merupakan alat
motivasi seseorang untuk memiliki suatu barang yang diinginkan.
Minat beli dapat diidentifikasikan melalui
indikator-indikator sebagai berikut: minat transaksional, minat referensial,
minat preferensial dan minat ekploratif (Ferdinand, 2002 dalam Ndaru, 2009).
a.
Minat transaksional,
yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b.
Minat refrensial,
yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c.
Minat preferensial,
yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama
pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu
dengan produk prefrensinya.
d.
Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku
seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.
5. Indikator
Variabel
a.
Indikator Variabel Brand Image
1.
Reputation (nama baik), tingkat atau status yang cukup tinggi dari sebuah
merek produk tertentu.
2.
Recognition (pengenalan), yaitu
tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal
maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang
murah.
3.
Affinity (hubungan
emosional),
hubungan emosional yang terjadi antar brand
dengan pelanggan. Yaitu suatu emotional
relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Sebuah
produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan
sebuah produk yang dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi akan memiliki
reputasi yang baik. Affinity ini
berparalel dengan positive association
yang membuat konsumen menyukai suatu produk.
4.
Brand Loyality (loyalitas merek), seberapa
jauh kesetiaan konsumen menggunakan produk dengan brand tertentu.
Sumber
: Davidson (1998)
b.
Indikator Variabel Minat Beli
1.
Minat
Transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
2.
Minat Refrensial, yaitu
kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
3.
Minat
Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika
terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
4.
Minat
Eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari
informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk
mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. (Ferdinand, 2006).
6 Kerangka Konsep
Hubungan reputation dengan minat beli konsumen terletak pada sebuah merek
produk yang dimiliki oleh perusahaan. Komposisi atas merek dari reputasi yang
dimiliki oleh sebuah produk dapat mudah dikenal oleh konsumen, sehingga dengan
reputasi yang tinggi, dikenal dan dipercaya oleh konsumen akan berdampak pada
minat beli konsumen untuk melakukan pembelian.
Hubungan recognition dengan minat beli terletak pada seberapa besar
dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal
maka produk dengan merek tertentut harus dijual dengan mengandalkan harga yang
murah. Tapi apabila produk sudah dikenal sebelumnya dengan brand yang baik, harga mahalpun tidak menjadi persoalan, karena
dalam benak konsumen, brand yang baik
menjamin kualitas baik. Hal ini akan melahirkan minat beli konsumen untuk
melakukan pembelian.
Hubungan antara affinity
dengan minat beli sangat kuat, karena suatu emotional
relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya akan
melahirkan persepsi yang positif. Sebuah produk dengan merek yang disukai oleh
konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsikan memiliki
kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik.
Brand Loyality terhadap minat beli mempunyai hubungan kausal, yaitu seberapa jauh
kesetiaan konsumen menggunakan produk dengan brand tertentu. Apabila konsumen loyal terhadap suatu brand maka pembelian ulang akan terus
berlangsung.
7
Hipotesis
Mengacu uraian
diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Brand Imae Sepatu All Strar pengaruh signifikan dan positif terhadap minat beli mahasiswa
Universitas Haluoleo Kendari”.
C. METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah
pengguna produk sepatu Converse All Star di Universitas Haluoleo Kendari.
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk penelitian ini populasi
yang digunakan adalah pengguna sepatu merek Converse All Star di Universitas
Haluoleo Kendari yang sifatnya infinite.
Mengingat tidak diketahui jumlah pengguna sepatu Converse All Star secara
pasti, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling, sampel diambil
sebanyak 50 responden.
3.3
Definisi Operasional Variabel
1.
Brand Image (X)
Brand image merupakan keyakinan konsumen mengenai merek sepatu Converse All
Star. Secara sederhananya konsumen memerlukan produk dengan merek yang umum dan
sudah terkenal. Karena pandangan konsumen jika produk dengan merek yang sudah
terkenal berarti jaminan kualitas bagus dan ada unsur kebanggan dan kepuasan
tersendiri jika membeli dan mengkonsumsi produk tertentu yang terkenal dan
berkualitas seperti sepatu Converse All Star. Item indikator untuk mengukur
variabel brand image yakni :
a.
Reputation, nama baik dari sepatu merek Converse All Star.
b.
Recognition, yaitu tingkat dikenalnya merek sepatu
Converse All Star oleh konsumen.
c.
Affinity, adalah hubungan emosional
antar brand dengan pelanggan yang
membuat konsumen menyukai sepatu Converse All Star.
d.
Brand Loyality, seberapa jauh kesetiaan
konsumen menggunakan sepatu Converse All Star.
2.
Minat Beli (Y)
Minat beli adalah selera
konsumen yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada
kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu. Item
indikator yang digunakan untuk mengukur variabel minat beli adalah :
a.
Minat
Transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b.
Minat
Refrensial, yaitu
kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c.
Minat
Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki
prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika
terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d.
Minat
Eksploratif, menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi
mengenai produk yang diminatinya.
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas
3.4.1
Uji Validitas
Adapun
hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel
3.1 Hasil
Uji Validitas Instrumen
Variabel
|
Instrumen
|
Pearson Correlation
|
Keterangan
|
Brand Image (X)
|
X1.1
|
0,585
|
Valid
|
X1.2
|
0,491
|
Valid
|
|
X2.1
|
0,552
|
Valid
|
|
X2.2
|
0,581
|
Valid
|
|
X2.3
|
0,608
|
Valid
|
|
X3.1
|
0,374
|
Valid
|
|
X3.2
|
0,385
|
Valid
|
|
X3.3
|
0,494
|
Valid
|
|
X4
|
0,682
|
Valid
|
|
Minat Beli (Y)
|
Y1
|
0,507
|
Valid
|
Y2.1
|
0,567
|
Valid
|
|
Y2.2
|
0,600
|
Valid
|
|
Y3
|
0,405
|
Valid
|
|
Y4.1
|
0,396
|
Valid
|
|
Y4.2
|
0,302
|
Valid
|
|
Y4.15
|
0,530
|
Valid
|
3.4.2
Uji Reliabilitas
Untuk
menguji relaibilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach.
Reliabilitas suatu konstruk dikatakan baik jika memiliki nilai Alpha
Cronbach > 0,60. (Nugroho, 2005).
Tabel
3.2 Hasil Uji Reliabilitas
Instrumen
Variabel
|
Cronbach Alpha
|
Keterangan
|
Brand Image (X)
|
0,724
|
Reliable
|
Minat Beli (Y)
|
0,676
|
Reliable
|
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas
menunjukkan bahwa nilai alpha instrumen penelitian pada masing-masing variabel
lebih besar dari yang disyaratkan yaitu 0,60. Dengan demikian bahwa keseluruhan
instrumen kuesioner adalah reliabel, karena telah memenuhi syarat minimal yaitu
nilai Alpha Cronbach > 0,60 dengan
taraf kepercayaan 95%.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear sederhana, yaitu hubungan secara linear antara satu variabel independen
(X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif
dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan. (Priyatno, 2009).
Analisis regresi linear sederhana ini dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 17.0.
Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan
:
Y =
Variabel dependen
X =
Variabel independen
b =
Koefisien regresi
D. PEMBAHASAN
4.1 Analisis
Data
Analisis
ini digunakan
untuk mengetahui hubungan secara linear antara satu
variabel independen (Brand Image)
dengan variabel dependen (Minat Beli) konsumen pada mahasiswa Uneversitas
Haluoleo Kendari, serta untuk mengetahui kekuatan hubungan dan arah hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen mengalami
kenaikan atau penurunan. Dari hasil perhitungan dengan
menggunakan program statistik
SPSS, maka diperoleh hasil yang
disajikan pada Tabel dibawah ini :
Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Sederhana
Independen
Variabel
|
Koefisien
Regresi
|
T hitung
|
Sig t
|
Keterangan
|
Minat Beli
|
0,667
|
6,210
|
0,000
|
Signifikan
|
R = 0,667
R Square = 0,445
Constant = 2194,884
|
Sig t = 0,000
T tabel = 1,678
|
Sumber : Lamipran 4
Berdasarkan
hasil pada Tabel diatas, maka diperoleh persamaan regrasi
sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 2194,884 + 0,667X
Dimana :
a = Konstanta
Y = Minat Beli Konsumen
X = Brand
Image
Dari
persamaan diatas, dapat dijelaskan bahwa
pengaruh brand
image (X) terhadap minat beli konsumen (Y) adalah positif dengan koefisien regresi sebesar 0,667, artinya jika brand
image (X) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka volume minat beli
konsumen (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,667. Koefisien regresi
ini
bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara brand image dengan minat beli konsumen,
semakin tinggi brand image sepatu
Converse All Star maka semakin meningkatkan minat beli konsumen.
Selanjutnya untuk mengetahui
hubungan brand image sepatu Converse
All Star dengan minat beli konsumen pada Mahasiswa Universitas Haluoleo dapat
dilihat pada Tabel
dibawah ini :
Tabel
2 Correlations
|
|||
|
|
BrandImage
|
MinatBeli
|
BrandImage
|
Pearson
Correlation
|
1
|
.667**
|
Sig.
(2-tailed)
|
|
.000
|
|
N
|
50
|
50
|
|
MinatBeli
|
Pearson Correlation
|
.667**
|
1
|
Sig.
(2-tailed)
|
.000
|
|
|
N
|
50
|
50
|
|
**. Correlation
is significant at the 0.01 level (2-tailed).
|
Tabel 3 Ringkasan
Hasil Korelasi Brand Image Sepatu Converse All Star dengan Minat Beli
N
|
r hitung
|
r table
|
Signifikan
|
Keterangan
|
Kesimpulan
|
50
|
0,667
|
0,279
|
0,000
|
r hitung > r tabel
|
Signifikan
|
Tabel 3 diatas menunjukkan nilai N
(sampel) sebanyak 50, sedangkan nilai r hitung
sebesar 0,667 dan r tabel sebesar 0,279. Dikatakan signifikan atau
mempunyai hubungan apabila r hitung > r tabel. Dari
hasil korelasi diatas nilai r hitung > r tabel (0,667
> 0,279) dan nilai probabilitas < 0,05 (0,000 < 0,05), artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara brand image dengan minat beli konsumen. Menurut Sugiyono (2007)
pedoman untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen dapat dilihat berdasarkan interpretasi koefisien korelasi
sebagai berikut :
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
Dari
hasil analisis korelasi sederhana (r) terdapat korelasi atau hubungan antara brand
image dengan minat beli (r) adalah 0,667. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
hubungan yang kuat antara brand image dengan
minat beli konsumen. Dikatakan kuat karena nilai tersebut berada pada tingkatan
ketiga yang menyatakan hubungan yang kuat yaitu 0,60 – 0,799 (Sugiyono, 2007).
Sedangkan arah hubungan adalah karena nilai r positif, berarti semakin tinggi brand image maka semakin meningkatkan
minat beli konsumen.
Adapun
untuk indikator yang dominan pengaruhnya terhadap minat beli konsumen pada
mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari dapat di lihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4 Component Matrix Brand
Image (Citra Merek)
Indikator
|
Component Matrix
|
Reputation
|
.692
|
Recognation
|
.865
|
Affinity
|
.615
|
Brand Loyality
|
.683
|
Berdasarkan
Tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 4 indikator brand image yang terdiri dari reputation, recognation, affinity, dan brand loyality, menunjukkan adanya
pengaruh terhadap minat beli konsumen. Hal ini terlihat dari nilai cut off
minimumnya masing-masing indikator di atas 0,6 (Malhotra, 1996). Adapun untuk
indikator yang dominan adalah indikator recognation,
karena mempunyai nilai cut off minimum terbesar yaitu sebesar 0,856. Hal ini
dibuktikan dari tingkat dikenalnya sepatu Converse All Star yang tinggi,
konsumen mengaku mengetahui keberadaan sepatu ini walaupun promosi sepatu
Converse All Star tidak begitu banyak di media. Pengetahuan konsumen tentang
sepatu Converse All Star cukup tinggi. Mereka mengetahui tentang
sepatu Converse All Star, ini dikarenakan tingkat recognation dari sepatu Converse All Star tinggi.
4.2 Pengujian Determinan (R2)
Tabel 5
Model Summaryb
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
.667a
|
.445
|
.434
|
187.760
|
a. Predictors: (Constant), BrandImage
b. Dependent Variable: MinatBeli
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat nilai R Square adalah 0.445 berada antara 02
<1 44="" artinya="" bahwa="" berarti="" i="" kontribusi="" variabel="" yang="">brand image 1>terhadap
minat beli konsumen adalah 44,5%. Hal ini menunjukkan minat beli konsumen dipengaruhi oleh brand image sebesar 44,5% dan sisanya
sebesar 55,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian
ini.
4.3
Pengujian Hipotesis
Uji t digunakan untuk mengetahui
apakah variabel brand image sepatu Converse All Star berpengaruh secara signifikan tehadap variabel minat beli
konsumen pada mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari.
Tabel distribusi T dicari
pada α = 5% atau 0,05 dengan derajat kebebasan (df) = n-2-1 atau 50-2-1 = 47. Jika nilai t hitung > t
tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Tabel 6 Coefficientsa
|
|||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
|||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
|||||
1
|
(Constant)
|
2194.1587
|
362.529
|
|
6.054
|
.000
|
|
BrandImage
|
.537
|
.086
|
.667
|
6.210
|
.000
|
||
a. Dependent Variable: MinatBeli
|
Hasil
pengujian hipotesis analisis pengaruh brand
image sepatu Converse All Star terhadap minat beli konsumen pada mahasiswa
Universitas Haluoleo Kendari dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar
6,210 dan t tabel sebesar 1,678. Dikatakan signifikan apabila t hitung
> t tabel. Dalam penelitian ini nilai t hitung > t tabel
(6,210 > 1,678) dan nilai probabilitas < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0
ditolak, artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan antara brand image dengan minat beli konsumen.
Karena t hitung benilai positif, maka berarti brand image berpengaruh signifikan dan positif
terhadap minat beli konsumen.
Berdasarkan
analisis data diatas dapat dinyatakan bahwa brand
image (X) secara parsial berpengaruh signifikan dan
berhubungan
positif terhadap minat beli konsumen (Y). Atas
dasar ini pula variabel brand image (X)
dapat dimasukkan sebagai salah satu variabel yang signifikan pengaruhnya
terhadap minat beli konsumen yang dalam hal ini mahasisiwa Universitas Haluoleo
Kendari.
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan
penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh brand image sepatu Converse All Star terhadap minat beli konsumen
pada mahisiswa Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian ini variabel
Brand Image (X) diukur dengan menggunakan 4 indikator yaitu Reputation (nama baik), Recognition (tingkat dikenalnya sebuah
merek), Affinity (hubungan emosional), dan Brand
Loyality (loyalitas merk). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel dengan menggunakan Accidental
Sampling sebanyak 50 orang responden di Universitas Haluoleo Kendari.
Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan menggunakan analisis regresi linear sederhana, maka terbukti bahwa variabel brand image sepatu Converse All Star mempunyai pengaruh yang signifikan
dan positif terhadap
minat beli konsumen serta memiliki hubungan dan
merupakan
hubungan yang kuat. Hal ini didasarkan pada nilai yang diperoleh yaitu nilai t hitung
=6,210 > nilai t tabel =1,678 dan dikatakan
memiliki hubungan yang kuat
karena nilai r berada
pada tingkatan ketiga yang menyatakan hubungan yang kuat yaitu 0,60 – 0,799
(Sugiyono, 2007). Ini berarti bahwa brand
image bukan dilihat dari persepsi perusahaan, melainkan berdasarkan pada
persepsi konsumen.
Kotler (2000) mengemukakan
bahwa merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak
berarti. Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Oleh karena itu, merek
lebih dari sekedar simbol.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa reputasi atau nama baik dari sepatu Converse All Star yang
dilihat dari kualitas produknya menimbulkan minat beli konsumen, selain itu
tingkat dikenalnya sebuah merek (recognation)
juga dapat menimbulkan minat untuk membeli dibenak konsumen. Seperti yang
dikemukakan Stigler dalam Cobb-Walgren (1995) bahwa suatu merek yang dikenal
oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk mengambil keputusan pembelian.
Dampak dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen
sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan
mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.
Kotler juga mengemukakan bahwa merek
merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah
produk itu baik dan berkualitas, sedangkan brand
image menjadi hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh
perusahaan karena melalui brand image
yang baik akan dapat menimbulkan nilai emosional pada diri konsumen, dimana
akan timbul perasaan positif pada saat membeli atau menggunakan suatu merek. Kotler (2000). Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa
terdapat affinity atau hubungan
emosional antara brand image sepatu
Converse All Star dengan minat beli konsumen, kemudian jika nilai emosional
tercipta dibenak konsumen, timbullah brand
loyality atau pembelian ulang terhadap produk tersebut.
Hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan Lau dan
Lee (1999) dalam penelitian Muliana Merina. J (2011) bahwa pelanggan akan
mempersepsikan bahwa sebuah merek memiliki reputasi yang baik, jika sebuah
merek dapat memenuhi harapan mereka, maka reputasi merek yang baik tersebut
akan memperkuat kepercayaan pelanggan dan akan menimbulkan minat untuk melakukan
pembelian. Semakin baik/tinggi kualitas dan semakin dikenalnya sebuah merek
dari suatu produk maka minat beli terhadap produk tersebut semakin tinggi pula
serta semakin tinggi pula hubungan emosional terhadap sebuah merek.
Nitiseminoto (1986) menyatakan bahwa
keinginan seseorang untuk membeli dapat diketahui melalui motif-motif seseorang
dalam membeli, salah satunya Motif Emosional, dimana minat seseorang untuk
membeli didorong oleh pertimbangan-pertimbangan emosi tertentu, seperti prestise,
status sosial, perasaan bangga, terkenalnya merek, tidak mau kalah dengan
tetangga, harga diri, dan kepuasan. Dengan demikian, sesuai dengan penelitian
ini bahwa reputation, recognation,
affinity dan brand loyality dari
sepatu Converse All Star mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat konsumen dalam melakukan pembelian.
Penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Deni Muhadi (2008) bahwa Brand Image yang dimaksud menggunakan teori yang meliputi recognition, reputation, affinity, dan domain menurut tanggapan konsumen
adalah positif dan penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa brand image pengaruh dalam kategori
sangat kuat terhadap minat beli konsumen yaitu sebesar 78,20%, sedangkan
sisanya 21,80% dipengaruhi faktor-faktor lain diluar dari variabel. Dengan kata lain, minat beli
konsumen yang dalam hal ini Mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari dipengaruhi
dan mempunyai hubungan dengan brand image
sepatu Converse All Star.
4.5
Keterbatasan Penelitian
Penelitian
ini mempunyai keterbatasan penelitian yang kemungkinan dapat melemahkan
hasilnya. Dalam penelitian ini, nilai determinasi (R2) sebesar 0,445
yang artinya kontribusi variabel brand
image (citra merek) terhadap minat beli konsumen pengguna sepatu Converse
All Star sebesar 44,5%. Hal ini merupakan keterbatasan penelitian yaitu
kelemahan model secara statistik.
Populasi yang digunakan yakni mahasiswa
Universitas Haluoleo Kendari yang dalam hal ini yang hanya pengguna sepatu
Converse All Star saja. Oleh karena itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya
dalam hal penentuan populasi dapat lebih diperluas lagi.
E.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sepatu Converse All Star mempunyai reputasi yang
baik di benak konsumen sehingga menimbulkan minat beli konsumen. Selain itu merek sepatu Converse All Star di masyarakat
cukup terkenal terutama dikalangan mahasiswa, dampak dari simbol sepatu
merek Converse All Star memberikan
arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab simbol dan image merupakan
hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.
Mahasiswa
pengguna sepatu Converse All Star di Universitas Haluoleo Kendari mempunyai
hubungan emosional yang tinggi sehingga tertarik menggunakan sepatu Converse
All Star, hal tersebut membuat mereka loyal terhadap sepatu Converse All Star. Semakin tinggi brand image (citra merek) maka akan
semakin tinggi pula minat beli konsumen, demikian pula sebaliknya, semakin rendah brand
image (citra merek) maka dapat mengurangi minat beli konsumen. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa brand image (citra merek) sepatu
Converse All Star mempunyai pengaruh yang bersifat signifikan dan
positif terhadap minat beli konsumen pengguna sepatu
Converse All Star pada mahasiswa
Universitas Haluoleo Kendari.
5.2 Saran
Diharapkan
dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau dapat
dijadikan
sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang dalam hal ini produsen sepatu
Converse All Star yang ada di Kota Kendari dalam mengambil keputusan dan
kebijakan berkaitan dengan upaya menarik minat konsumen dan mempertahankan brand image kepada konsumen. Dengan brand image yang baik maka akan dapat
meningkatkan minat beli konsumen terutama pada produk sepatu Converse All Star.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada khususnya maupun secara
praktis, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang sama,
diharapkan untuk mengakaji masalah ini dengan jangkauan yang lebih luas dengan
menambah variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini.
Karena penelitian ini hanya menggunakan
variabel brand image sebagai variabel
independen, maka diharapkan untuk peneliti selanjutnya memasukkan seluruh
variabel yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen, seperti gaya hidup,
kualitas pelayanan, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, A. David,
1991. Managing Brand Equity : Bapitalizing On The Value Of Brand Name,
New York, The Free Press.
Achmad, Zein, 2008. Aplikasi
Pemasaran dan Salesmanship, Edisi Kedua.
Jakarta:Mitra Wacana Media.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Davis, m. Scott, 2000. The Power Of Brand. Journal Of Strategy and Leadership, XXVIII.
Dwityanti, Esthi. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri, Tesis.
Universitas Diponegoro Semarang.
Engel F, James,
Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard. 1994. Perilaku
Kosumen Edisi VI. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Haubl,
G.,1996, A Cross-National Investigation Of The Effects Of Country Of Origin And
Brand Name On The Evaluation Of A New Car,
International Marketing Review,Vol. 13 No. 5, pp. 76-97.
Hong Lin, Nan dan
Bih-Shya Lin, 2007. The Effect of
Brand Image and Product Knowledge on
Purchase Intention Moderated by Price Discount. Journal of
International Management Studies August.
Irawati, Nisrul dan
Rina Primadha, 2008. Pengaruh
Kualitas Pelayanan terhadap Brand Image
pada Unit Rawat Jalan Poliklinik Penyakit dalam RSU Dr. Pirngadi di Medan. Jurnal Manajemen
Bisnis, Volume
1 Nomor 2 Mei.
Jurnal Manajemen Pemasaran
Modern. Pengaruh
Bauran Penjualan Eceran (Retail Mix) Terhadap Citra
Departemen Store. Volume
1 No.1 Januari-Juni 2009.
Kapferer,
Jean-Noel, 1992, Strategic Brand
Management, New York : Davidson Of Maclimillian, Inc.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran : Analisis
Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Adi Zakaria Affif, Edisi Ketujuh,
Penerbit FE-UI, Jakarta.
Kotler, Philip
dan Kevin Lane Keller, 2007. Manajemen
Pemasaran, Edisi
Kedua Belas Jilid
1. Indonesia : PT. Indeks.
Lamb, Charles W. 2001. Pemasaran. Jakarta : PT Salemba Empat.
Malhotra, Neresh, K. 1996. Marketing Research, London : Prentice Hall International, Inc.
Muktiyo, Widodo, 2005. Membangun Usaha Dengan Kekuatan Image, Cetakan 1. Penerbit : Pinus
Yogyakarta.
Nazir, Moh, 2003. Metode
Penelitian. Penertbit : Ghalia Indonesia Jakarta.
Ningsih, Suryani, 2009,
Hubungan brand image (citra merek) dengan minat membeli Konsumen pelembab
pond’s white beauty Pada mahasiswa psikologi uin maulana malik ibrahim.
Fakultas Psikologi Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahin Malang.
Nugroho, Setiadi. 2005. Perilaku Konsumen (Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian
Pemasaran). Jakarta : Prenada Media Grup
Pride, W. M., dan Ferrell, O. C.. 1989. Pemasaran dan Praktek Sehari-hari,
terjm. Oleh Daniel Wirajaya, Edisi VII. Jakarta: Binarupa Aksara
Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Rao, Akhsay R and
Kent, B Monroe, (1989), “The Effect of
Price, Brand Name, and Store Name Buyers Perceptions of Products Quality: An
Integration Review,” Journal of Marketing Research, Vol.26.
Simamora,
Bilson. 2002. Aura Merek : 7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Simamora,
Bilson. 2003. Aura Merek. Edisi Lanjutan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sugiyono, 2011. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Supranto, J. 2000. Statistik
Teori dan Aplikasi. Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Stanton William, J. 1991. Prinsip Pemasaran, Edisi Ke Tujuh, Jilid II, Penerbit:Erlangga, Jakarta.
Tjiptono, Fandy, 2000. Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Tjiptono, Fandy.
2005. Brand Management and Strategy. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Temporer, Paul,
2000. Branding in Asia (Membangun
Marek diAsia) Edisi Revisi. Batam : Inter
Aksara.
http//msuyanto.com. Strategi Membangun Merk (1), (2), (3). Akses: 15 Juni 2011 jam 20.00.
http://ngebrand.wordpress.com. Mengapa Bisnis Memerlukan Brand. Postingan
21 September 2010. Akses : 15 Juni 2011 jam 19.56.