Minggu, 23 Juni 2013


ANALISIS PENGARUH BRAND IMAGE (CITRA MEREK)
SEPATU CONVERSE ALL STAR TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PENGGUNA SEPATU CONVERSE ALL STAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

Endro Sukotjo
Aryanti Dwi Rahayu


ABSTRACT

This research aims to discover and analyze the effect of brand image Converse All Star shoes to interests buy of user of Converse All Star Shoes On The Students Of Haluoleo University Kendari. The number of samples used in this research as much as 50 respondents who were users Converse All Star shoes. The sampling is done by using the accidental sampling. This research used a simple linear regression analyzes aided with the program SPSS 17.0.
The results of this research indicates that the variable brand image (X) positive impact on consumer buying interest (Y) with the regression coefficient of 0.667. the result of the testing of hypotheses indicate that the value t count> t table (6.210> 1.678) with a probability value <0.05 (0.000 <0.05).

Keyword : Brand, Image,  Interests, Buy

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Konsumen memiliki arti penting dan sangat strategis dalam membangun bisnis. Pada dasarnya konsumen membeli produk karena hendak memanfaatkan nilai dari produk yang dibelinya. nilai produk diwujudkan dalam manfaat serta berbagai atribut yang membungkus produk; sehingga  pebisnis terus membangun kekuatan produknya melalui berbagai atribut produk. Oleh karena itu, persaingan dalam memperebutkan hati konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang mampu memberikan citra khusus bagi pemakainya, (Aaker, 1991 dalam Rahma, 2007).
Merk telah menjadi cara efektif untuk meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan dengan membentuk brand image (citra merek) yang baik dimata konsumen. Brand image itu sendiri adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. (Rangkuti, 2004). Keberadaan merek semakin penting mengingat persaingan yang terjadi mengarah pada persaingan global dan terjadi antar industry, pasar telah semakin terbuka. Keadaan ini mendorong perusahaan untuk terus kreatif dan mendorong inovasi dengan memperhatikan merk, seperti yang dikemukakan Urde (1994), perusahaan di masa depan akan semakin bergantung pada brand.
Disisi lain, sikap akan mendorong minat dan keinginan konsumen dan membentuk perilaku, dan membangun ketertarikan serta keyakinan konsumen terhadap produk. Merek dapat mempengaruhi minat beli konsumen, menjelaskan bahwa citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Sikap biasanya memainkan perasaan utama dalam membentuk perilaku. Sedangkan minat itu sendiri menurut Slamet adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan suatu hal diluar diri (Sutisna, 2003, Slamet, 2003).
Disisi lain, membentuk kepuasan dalam diri individu yang menghasikan kesan kualitas (persepsi nilai yang dirasakan pelanggan atas mutu produk) terhadap suatu merek dapat menciptakan pembelian berulang, merek khususnya brand image mempunyai posisi strategis dalam persaingan yang tidak dapat diabaikan oleh perusahaan dalam rangka menarik minat konsumen dalam menggunakan produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan menganalisis bagaimana brand image pada produk sepatu merek Converse All Star dalam mempengaruhi minat beli konsumen khususnya mahasiswa pengguna sepatu Converse All Star di Universitas Haluoleo Kendari dilihat dari reputasinya, tingkat dikenalnya sebuah merek, hubungan emosional terhadap merek, serta kesetiaan konsumen terhadap merek. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian Analisis Pengaruh  Brand Image (Citra Merek) Sepatu Converse All Star Terhadap Minat Beli Konsumen Pengguna Sepatu Converse All Star di Kalangan Mahasiswa di Kota Kendari”.

2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah pokok yang timbul adalah apakah brand image (citra merek) sepatu Converse All Star berpengaruh terhadap minat beli mahasiswa Unhalu di Kota Kendari

3.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image (citra merek) sepatu Converse All Star terhadap minat beli mahasiswa Unhalu di Kota Kendari.

4.      Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Menjadi suatu kajian dalam mempertimbangkan pelaksanaan brand image untuk menciptakan minat beli konsumen yang baik.
b.      Memberikan masukan atau dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang dalam hal ini produsen sepatu Converse All Star yang ada di Kota Kendari dalam mengambil keputusan dan kebijakan berkaitan dengan upaya menarik minat konsumen dan mempertahankan brand image kepada konsumen.
c.       Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan referensi yang dapat menjadi bahan penelitian lanjutan atau sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian di masa yang  akan datang, khususnya penelitian yang berkaitan dengan brand image atau minat beli konsumen.
d.      Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan materi perkuliahan yang diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan.
5.      Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini lebih baik, maka penelitian dibatasi pada ruang lingkup mengenai :
a.       Brand Image (citra merek), merupakan keyakinan konsumen pengguna tentang suatu merek tertentu. Indikator untuk mengukur brand image adalah :
(1)   Reputation (nama baik)
(2)   Recognation (keterkenalan)
(3)   Affinity (hubungan emosional)
(4)   Brand Loyality (kesetiaan merk)
b.      Minat Beli, yaitu selera konsumen yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu. Indikator yang digunakan untuk mengukur minatb beli yaitu :
(1)   Minat Transaksional
(2)   Minat Refrensial
(3)   Minat Preferensial
(4)   Minat Eksploratif


B.     TINJAUAN PUSTAKA
1.      Brand (Merek)
Pemasaran sabagai salah satu fungsi bisnis organisasi, bertujuan untuk membangun hubungan yang menguntungkan dengan konsumen. Fungsi pemasaran adalah bagaimana menemukan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan knsumen, dan merangsang permintaan sehingga tercipta hubungan yang menguntungkan organisasi. Pemasaran semakin memainkan peran penting dalam membangun keunggulan bersaing, mengingat pemasaran merupakan satu-satunya fungsi dalam organisasi yang berhubungan langsung dengan konsumen.
Posisi strategis tersebut menyebabkan tugas pemasaran menjadi semakin kompleks, pemasaran tidak hanya sekedar bagaimana memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, tetapi lebih jauh lagi, bagaimana mengelola sumberdaya perusahaan dan potensi pasar, menciptakan permintaan yang dinamis.
Produk (barang dan jasa) dalam kegiatan pemasaran tidak sekedar dilihat dalam makna riil, tetapi lebih penting lagi dalah melihat lebih dalam lagi tentang ada apa dibalik suatu produk. Penilaian ini penting karena pemasaran bukan hanya sekedar bagaimana menjual produk, tetapi lebih strategis lagi adalah melihat sisi dalam diri konsumen, mengapa konsumen membeli suatu produk. Oleh karena itu orientasi pada pasar/konsumen merupakan hal yang harus dilakukan oleh organisasi. Lebih dalam lagi tentang kondisi psikologi konsumen.
Organisasi perlu  menanyakan lebih dalam mengapa seorang konsumen lebih suka membeli produk dengan merek dan karakteristik tertentu, dan tidak mau beralih kepada produk atau merek lain. Sering pula konsumen membeli produk hanya melihat dari sisi merek. Merek produk menjadi semakin penting manakala konsumen merasa bahwa merek   identik dengan prestise, atau nilai tertentu, sehingga konsumen menganggap merek lebih penting dari produknya. Konsumen membeli produk bukan karena produk itu teetapi karena mereknya.
Berdasarkan pandangan dari sisi konsumen tersebut, maka perusahaan dan pemasar perlu memaknai merek bukan hanya sebagai sebuah nama atau tanda untuk membedakan produk yang dihasilkan dengan produk dari perusahaan pesaing, tetapi perusahaan harus dapat memanfaatkan untuk membangun kepercayaan dengan konsumen. Disamping itu melalui merek, perusahaan dapat membangun nilai tambah dan daya saing di pasar. Untuk produk-produk yang sudah terkenal, konsumen bisa lebih cenderung membeli produknya karena merek dari produk tersebut bukan lagi pada atribut produk lainnya.
Perusahaan/organisasi harus dapat memanfaatkan moment tersebut untuk memberikan jaminan bahwa mereknya identik dengan kualitas, harga, prestise, nilai jual kembali, manfaat, keamanan, budaya, cermin diri, dll. Merek yang dibuat harus dapat mencerminkan siapa yang ada di balik produk tersebut, siapa pemakainya (Simamora, 2003; Kotler 2013).
Merek sebuah produk hendaknya dapat mencerminkan atribut dari produknya, pemberian nama untuk suatu merek bukanlah pekerjaan sederhana. Pemberian merek adalah seni dan bagian yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran. Merek secara filosofi pada dasarnya merupakan janji organisasi/perusahaan kepada konsumen atau stakeholder. Karena itu merek harus mencerminkan konsistensi perusahaan terhadap konsumen,  manfaat dan jasa yang dapat diperoleh konsumen bila mengkonsumsi produk tersebut.
Merek juga merupakan unsur yang digunakan oleh perusahaan dalam bentuk nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari produk pesaing (Aeker, 1991; Kotler, 2000; Tjiptono, 2000; Lamb, 2001; www.wipo.int/ebookshop, 2006)
Kekuatan merek pada produk dapat menjadi penghambat masuknya pesaing baru, maupun pesaing lain yang sudah ada untuk memasuki pasar yang sama. Dari sisi pandangan konsumen, merek yang terpercaya merupakan salah satu jaminan untuk memperoleh loyalitas konsumen. Karena konsumen percaya, kinerja produk dapat diwujudkan dari mereknya. Melalui merek, konsumen berkeyakinan bahwa produk akan memberikan kualitas terbaik, kenyamanan, status, dan pertimbangan lainnya ketika konsumen melakukan pembelian.
Kekuatan merek bagi perusahaan tidak hanya sekedar agar konsumen mudah mencari produk yang hendak dibelinya, tetapi juga dapat memberikan rasa aman bagi konsumen karena dengan adanya merek maka dapat memberikan perlindungan hokum bagai konsumen, merek merupakan atribut produk yang pertama dilihat oleh konsumen, sehingga bagi perusahaan, merek merupakan sarana untuk menarik pelanggan. Melalui merek, perusahaan dapat membangun kesetiaan pelanggan. Merek dapat digunakan perusahaan untuk mempermudah melakukan segmentasi pasar. Disamping itu merek yang kuat dapat digunakan untuk membangun citra dan image konsumen dan memudahkan perusahaan untuk meluncurkan produk-produk baru. Manfaat lain dari merek adalah memudahkan konsumen/pembeli untuk menceriterakan kepada orang lain tentang produk yang dibelinya (Kotler dan Amstrong, 2009, Kotler, 2013)


2 Image (Citra)
Image (citra) mempunyai peranan penting bagi konsumen dalam menentukan minat pembelinya. Karena bagi konsumen, sebelum menentukan produk yang akan dibeli. Citra akan menciptakan kepercayaan merupakan dasar untuk mendapatkan pembeli yang setia dan meningkatkan nama baik perusahaan. Konsumen sering memakai faktor emosional pada merek tertentu, berdasarkan serentetan kualitas yang diinginkan atau fitur-fitur yang terwujud dalam produk-produk yang dimiliki merek tersebut. Citra adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1989). Pride dan Ferrell mengemukakan bahwa untuk menarik konsumen maka sebuah iklan pada produk harus memperhitungkan suatu image atau citra yaitu gambaran fungsional dan gambaran psikologis dalam pikiran konsumen. (Pride dan Ferrell, 1989 dalam Suryani Ningsih, 2009).
Simamora (2002), mendefinisikann bahwa citra adalah persepsi yang relative konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan pesaingnya. Saat perbedaan dan keunggulan merek dihadapkan dengan merek lain, maka muncullah posisi merek.
Pendapat lain menurut Kotler dan Keller (2009) bahwa citra adalah masyarakat yang mempersepsi (memikirkan) perusahaan atau produknya. Identitas yang efektif melakukan tiga hal yaitu : Ia membangun karakter produk dan proporsi nilai. Ia menunjukkan karakter ini dengan cara yang menonjol. Ia mengerahkan kekuatan emosional melebihi citra mental. Supaya berfungsi identitas itu harus diwujudkan melalui setiap sarana dan kontak merek yang tersedia. Ia juga harus diserap iklan, laporan tahunan, brosur, katalog, kemasan, perlengkapan kantor perusahaan dan kantor bisnis. Sedangkan menurut Kapferer (1992) bahwa image is on the receiver side, sedangkan identity is the sender side. Artinya, citra marek (images) adalah sebagaimana masyarakat mengartikan semua tanda-tanda yang dikeluarkan atau disampaikan oleh merek melalui barng-barang, jasa-jasa dan program komunikasinya. Dengan kata lain, citra adalah reputasi.
Selanjutnya Nugroho (2003) mengatakan image atau citra adalah realitas, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan realitas, secara normal realitas akan menang. Citra akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai pengalaman yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja lebih efektif dan mempunyai kinerja yang baik. 
Image menurut Temporer (2000) adalah “image is the market summation of complete product”. Bahwa citra adalah penjumlahan pasar produk yang lengkap, artinya jika tidak memiliki citra yang kuat, produk sama saja tidak berarti apa-apa, karena untuk menghadapi persaingan satu produk dengan produk lain diperlukan citra yang kuat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa citra (image) adalah gambaran yang ada di
dalam pikiran individu mengenai suatu obyek. Citra ini mengandung pengetahuan, kepercayaan, ide-ide dan kesan individu terhadap suatu obyek dalam menentukan minat pembeliannya.

3.      Brand Image  (Citra Merek)
Brand image atau brand description yakni deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu (Tjiptono, 2005). Kotler (2000) dalam Irawati dan Primadha (2008) menyatakan bahwa brand image adalah sejumlah keyakinan tentang merek, sedangkan menurut Aaker (1991), Brand image dianggap sebagai ”bagaimana merek dipersepsikan oleh konsumen”. Menurut Davis (2003) dalam Irawati dan Primadha (2008), mengatakan bahwa brand image memiliki dua komponen, yaitu asosiasi merek dan brand persona.
Menurut Kotler (1993) dalam Simamora (2003) mengemukakan bahwa brand image adalah sejumlah keyakinan tentang merek. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Rangkuti (2004) bahwa brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat dibenak konsumen. Sedangkan Shimp berpendapat bahwa brand image (citra merek) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain. (Shimp, 2003 dalam Suryani Ningsih, 2009).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa citra merek (brand image) merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek itu tergantung pada persepsi seseorang apakah merek tersebut baik atau tidak.

4.       Minat Beli
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang  membentuk suatu persepsi. Minat yang muncul dalam melakukan pembelian  menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi  suatu kegiatan yang sangat kuat yang pada akhirnya ketika seorang konsumen  harus memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Minat beli muncul sebagai akibat dari kemungkinan bila pembeli bermaksud untuk membeli produk dengan merk tertentu. Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu.
Ajay dan Goodstein (1998) dalam Rahma (2007) mengatakan bahwa jika kita ingin mempengaruhi seseorang, maka cara yang  terbaik adalah mempelajari apa yang dipikirkannya, dengan demikian akan didapatkan tidak hanya sekedar informasi tentang orang itu tentu lebih bagaimana proses informasi itu dapat berjalan dan bagaimana memanfaatkannya. Hal ini yang dinamakan “The Buying Process” (Proses Pembelian). Menurutnya proses pembelian meliputi lima hal :
1.      Need (kebutuhan), proses pembelian berawal  dari adanya kebutuhan yang tak harus dipenuhi atau kebutuhan yang muncul  pada saat itu dan memotivasi untuk melakukan pembelian.
2.      Recognition (Pengenalan), kebutuhan belum cukup untuk merangsang terjadinya pembelian  karena mengenali kebutuhan itu sendiri untuk dapat menetapkan sesuatu untuk memenuhinya.
3.      Search (Pencarian),  merupakan bagian aktif dalam pembelian yaitu mencari jalan untuk mengisi kebutuhan tersebut.
4.      Evaluation (Evaluasi), suatu proses untuk mempelajari semua yang didapat selama proses  pencarian dan mengembangkan beberapa pilihan.
5.      Decision (Keputusan), langkah terakhir dari suatu proses pembelian untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diterima.
Lima tahap diatas merupakan suatu proses dimana kita dapat memberikan suatu informasi persuasif yang spesifik untuk mempengaruhinya minat beli konsumen. Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan lebih besar dibanding pengorbanan untuk  mendapatkannya, maka dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih kecil dibanding pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan  umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. (Dwityanti, 2008).
Kotler dan Keller (2007) memberikan proses pengambilan keputusan membeli model lima tahap :
1.      Pengenalan Masalah. Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal atau eksternal.
2.      Pencarian Informasi. Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Situasi pencarian informasi yang lebih ringan dinamakan penguatan perhatian, pada level ini orang hanya sekedar lebih peka terhadap informasi produk. Selanjutnya, orang itu mungkin aktif mencari informasi: mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
3.      Evaluasi Alternatif. Bagaimana konsumen mengolah informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir.
4.      Keputusan Pembelian. Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada didalam kumpulan pilihan. Konsumen juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang paling disukai.
5.      Perilaku Pasca Pembelian. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian karena memerhatikan fitur-fitur tertentu yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael, 2001 dalam Suwito, 2007). Selanjutnya, menurut Keller (1998) minat konsumen adalah seberapa besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya.
Sab’atun dalam Novianti, (2009) mengatakan minat membeli adalah pemusatan perhatian terhadap sesuatu yang disertai dengan perasaan senang  terhadap barang tersebut, kemudian minat individu tersebut menimbulkan keinginan sehingga timbul perasaan yang meyakinkan bahwa barang  tersebut mempunyai manfaat sehingga individu ingin memiliki barang tersebut dengan cara membayar atau menukar dengan uang. Minat membeli pada konsumen merupakan alat motivasi seseorang untuk memiliki suatu barang yang diinginkan.
Minat beli dapat diidentifikasikan melalui indikator-indikator sebagai berikut: minat transaksional, minat referensial, minat preferensial dan minat ekploratif (Ferdinand, 2002 dalam Ndaru, 2009).
a.       Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b.      Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c.       Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d.      Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

5. Indikator Variabel
a.      Indikator Variabel Brand Image
1.      Reputation (nama baik), tingkat atau status yang cukup tinggi dari sebuah merek produk tertentu.
2.      Recognition (pengenalan), yaitu tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek tersebut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah.
3.      Affinity (hubungan emosional), hubungan emosional yang terjadi antar brand dengan pelanggan. Yaitu suatu emotional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya. Sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik. Affinity ini berparalel dengan positive association yang membuat konsumen menyukai suatu produk.
4.      Brand Loyality (loyalitas merek), seberapa jauh kesetiaan konsumen menggunakan produk dengan brand tertentu.
     Sumber : Davidson (1998)
b.      Indikator Variabel Minat Beli  
1.      Minat Transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
2.      Minat Refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
3.      Minat Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
4.      Minat Eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. (Ferdinand, 2006).

6 Kerangka Konsep
Hubungan reputation dengan minat beli konsumen terletak pada sebuah merek produk yang dimiliki oleh perusahaan. Komposisi atas merek dari reputasi yang dimiliki oleh sebuah produk dapat mudah dikenal oleh konsumen, sehingga dengan reputasi yang tinggi, dikenal dan dipercaya oleh konsumen akan berdampak pada minat beli konsumen untuk melakukan pembelian.
Hubungan recognition dengan minat beli terletak pada seberapa besar  dikenalnya sebuah merek oleh konsumen. Jika sebuah merek tidak dikenal maka produk dengan merek tertentut harus dijual dengan mengandalkan harga yang murah. Tapi apabila produk sudah dikenal sebelumnya dengan brand yang baik, harga mahalpun tidak menjadi persoalan, karena dalam benak konsumen, brand yang baik menjamin kualitas baik. Hal ini akan melahirkan minat beli konsumen untuk melakukan pembelian.
Hubungan antara affinity dengan minat beli sangat kuat, karena suatu emotional relationship yang timbul antara sebuah merek dengan konsumennya akan melahirkan persepsi yang positif. Sebuah produk dengan merek yang disukai oleh konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk yang dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi akan memiliki reputasi yang baik.
Brand Loyality terhadap minat beli mempunyai hubungan kausal, yaitu seberapa jauh kesetiaan konsumen menggunakan produk dengan brand tertentu. Apabila konsumen loyal terhadap suatu brand maka pembelian ulang akan terus berlangsung. 
7        Hipotesis
Mengacu uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah  “Brand Imae Sepatu All Strar pengaruh signifikan dan positif terhadap minat beli mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari”.


C.    METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengguna produk sepatu Converse All Star di Universitas Haluoleo Kendari.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Untuk penelitian ini populasi yang digunakan adalah pengguna sepatu merek Converse All Star di Universitas Haluoleo Kendari yang sifatnya infinite. Mengingat tidak diketahui jumlah pengguna sepatu Converse All Star secara pasti, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Accidental Sampling, sampel diambil sebanyak 50 responden.

3.3 Definisi Operasional Variabel
1.        Brand Image (X)
Brand image merupakan keyakinan konsumen mengenai merek sepatu Converse All Star. Secara sederhananya konsumen memerlukan produk dengan merek yang umum dan sudah terkenal. Karena pandangan konsumen jika produk dengan merek yang sudah terkenal berarti jaminan kualitas bagus dan ada unsur kebanggan dan kepuasan tersendiri jika membeli dan mengkonsumsi produk tertentu yang terkenal dan berkualitas seperti sepatu Converse All Star. Item indikator untuk mengukur variabel brand image yakni :
a.       Reputation, nama baik dari sepatu merek Converse All Star.
b.      Recognition, yaitu tingkat dikenalnya merek sepatu Converse All Star oleh konsumen.
c.       Affinity, adalah hubungan emosional antar brand dengan pelanggan yang membuat konsumen menyukai sepatu Converse All Star.
d.      Brand Loyality, seberapa jauh kesetiaan konsumen menggunakan sepatu Converse All Star.

2.        Minat Beli (Y)
Minat beli adalah selera konsumen yang menjadi dasar pemilihan sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih menyukai produk dengan merek tertentu. Item indikator yang digunakan untuk mengukur variabel minat beli adalah :
a.         Minat Transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.
b.        Minat Refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain.
c.         Minat Preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan produk prefrensinya.
d.        Minat Eksploratif, menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya.

3.4  Uji Validitas dan Reliabilitas
3.4.1        Uji Validitas
Adapun hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
Variabel
Instrumen
Pearson Correlation
Keterangan
Brand Image (X)
X1.1
0,585
Valid
X1.2
0,491
Valid
X2.1
0,552
Valid
X2.2
0,581
Valid
X2.3
0,608
Valid
X3.1
0,374
Valid
X3.2
0,385
Valid
X3.3
0,494
Valid
X4
0,682
Valid
Minat Beli (Y)
Y1
0,507
Valid
Y2.1
0,567
Valid
Y2.2
0,600
Valid
Y3
0,405
Valid
Y4.1
0,396
Valid
Y4.2
0,302
Valid
Y4.15
0,530
Valid



3.4.2        Uji Reliabilitas
Untuk menguji relaibilitas dalam penelitian ini digunakan rumus Alpha Cronbach. Reliabilitas suatu konstruk dikatakan baik jika memiliki nilai Alpha Cronbach > 0,60. (Nugroho, 2005).
Tabel 3.2  Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
Brand Image (X)
0,724
Reliable
Minat Beli (Y)
0,676
Reliable
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan Tabel 3.2 diatas menunjukkan bahwa nilai alpha instrumen penelitian pada masing-masing variabel lebih besar dari yang disyaratkan yaitu 0,60. Dengan demikian bahwa keseluruhan instrumen kuesioner adalah reliabel, karena telah memenuhi syarat minimal yaitu nilai Alpha Cronbach > 0,60 dengan taraf kepercayaan 95%.

3.5  Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana, yaitu hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. (Priyatno, 2009).
Analisis regresi linear sederhana ini dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 17.0. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Variabel dependen
X = Variabel independen
b = Koefisien regresi

D.    PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan secara linear antara satu variabel independen (Brand Image) dengan variabel dependen (Minat Beli) konsumen pada mahasiswa Uneversitas Haluoleo Kendari, serta untuk mengetahui kekuatan hubungan  dan arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan  program statistik SPSS, maka diperoleh hasil  yang disajikan pada Tabel  dibawah ini :

Tabel 1 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Sederhana
Independen
Variabel
Koefisien
Regresi
T hitung
Sig t
Keterangan
Minat Beli
0,667
6,210
0,000
Signifikan
R = 0,667
R Square = 0,445
Constant = 2194,884
Sig t = 0,000
T tabel = 1,678
Sumber : Lamipran 4
            Berdasarkan hasil pada Tabel  diatas, maka diperoleh persamaan regrasi sebagai berikut :
Y = a + bX
Y = 2194,884 + 0,667X
Dimana :
a = Konstanta
Y = Minat Beli Konsumen
X = Brand Image
            Dari persamaan diatas, dapat dijelaskan bahwa  pengaruh brand image (X) terhadap minat beli konsumen (Y) adalah positif dengan koefisien regresi sebesar 0,667, artinya jika brand image (X) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan maka volume minat beli konsumen (Y) mengalami kenaikan sebesar 0,667. Koefisien regresi ini bernilai positif artinya terjadi pengaruh positif antara brand image dengan minat beli konsumen, semakin tinggi brand image sepatu Converse All Star maka semakin meningkatkan minat beli konsumen.
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan brand image sepatu Converse All Star dengan minat beli konsumen pada Mahasiswa Universitas Haluoleo dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 2 Correlations


BrandImage
MinatBeli
BrandImage
Pearson Correlation
1
.667**
Sig. (2-tailed)

.000
N
50
50
MinatBeli
Pearson Correlation
.667**
1
Sig. (2-tailed)
.000

N
50
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 3 Ringkasan Hasil Korelasi Brand Image Sepatu Converse All Star dengan Minat Beli
N
r hitung
r table
Signifikan
Keterangan
Kesimpulan
50
0,667
0,279
0,000
r hitung > r tabel
Signifikan

Tabel 3 diatas menunjukkan nilai N (sampel) sebanyak 50, sedangkan nilai  r hitung sebesar 0,667 dan r tabel sebesar 0,279. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan apabila r hitung > r tabel. Dari hasil korelasi diatas nilai r hitung > r tabel (0,667 > 0,279) dan nilai probabilitas < 0,05 (0,000 < 0,05), artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara brand image dengan minat beli konsumen. Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat dilihat berdasarkan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut :
0,00 – 0,199 = sangat rendah
0,20 – 0,399 = rendah
0,40 – 0,599 = sedang
0,60 – 0,799 = kuat
0,80 – 1,000 = sangat kuat
            Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) terdapat korelasi atau hubungan antara brand image dengan minat beli (r) adalah 0,667. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara brand image dengan minat beli konsumen. Dikatakan kuat karena nilai tersebut berada pada tingkatan ketiga yang menyatakan hubungan yang kuat yaitu 0,60 – 0,799 (Sugiyono, 2007). Sedangkan arah hubungan adalah karena nilai r positif, berarti semakin tinggi brand image maka semakin meningkatkan minat beli konsumen.
Adapun untuk indikator yang dominan pengaruhnya terhadap minat beli konsumen pada mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari dapat di lihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4 Component Matrix Brand Image (Citra Merek)
Indikator
Component Matrix
Reputation
.692
Recognation
.865
Affinity
.615
Brand Loyality
.683

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 4 indikator brand image yang terdiri dari reputation, recognation, affinity, dan brand loyality, menunjukkan adanya pengaruh terhadap minat beli konsumen. Hal ini terlihat dari nilai cut off minimumnya masing-masing indikator di atas 0,6 (Malhotra, 1996). Adapun untuk indikator yang dominan adalah indikator recognation, karena mempunyai nilai cut off minimum terbesar yaitu sebesar 0,856. Hal ini dibuktikan dari tingkat dikenalnya sepatu Converse All Star yang tinggi, konsumen mengaku mengetahui keberadaan sepatu ini walaupun promosi sepatu Converse All Star tidak begitu banyak di media. Pengetahuan konsumen tentang sepatu Converse All Star cukup tinggi. Mereka mengetahui tentang sepatu Converse All Star, ini dikarenakan tingkat recognation dari sepatu Converse All Star tinggi.

4.2 Pengujian Determinan (R2)

Tabel 5
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.667a
.445
.434
187.760
a. Predictors: (Constant), BrandImage
b. Dependent Variable: MinatBeli

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat nilai R Square adalah 0.445 berada antara 02
<1 44="" artinya="" bahwa="" berarti="" i="" kontribusi="" variabel="" yang="">brand image terhadap minat beli konsumen adalah 44,5%. Hal ini menunjukkan  minat beli konsumen dipengaruhi oleh brand image sebesar 44,5% dan sisanya sebesar 55,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

4.3 Pengujian Hipotesis
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel brand image sepatu Converse All Star berpengaruh secara signifikan tehadap variabel minat beli konsumen pada mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari.
Tabel distribusi T dicari pada α = 5% atau 0,05 dengan derajat kebebasan (df) = n-2-1 atau 50-2-1 = 47. Jika nilai t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
 Tabel 6 Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.

B
Std. Error
Beta

1
(Constant)
2194.1587
362.529

6.054
.000

BrandImage
.537
.086
.667
6.210
.000

a. Dependent Variable: MinatBeli

Hasil pengujian hipotesis analisis pengaruh brand image sepatu Converse All Star terhadap minat beli konsumen pada mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari dapat dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 6,210 dan t tabel sebesar 1,678. Dikatakan signifikan apabila t hitung > t tabel. Dalam penelitian ini nilai t hitung > t tabel (6,210 > 1,678) dan nilai probabilitas < 0,05 (0,000 < 0,05), maka H0 ditolak, artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan antara brand image dengan minat beli konsumen. Karena t hitung benilai positif, maka berarti brand image berpengaruh signifikan dan positif terhadap minat beli konsumen.
            Berdasarkan analisis data diatas dapat dinyatakan bahwa brand image (X) secara parsial berpengaruh signifikan dan berhubungan positif terhadap minat beli konsumen (Y). Atas dasar ini pula variabel brand image (X) dapat dimasukkan sebagai salah satu variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap minat beli konsumen yang dalam hal ini mahasisiwa Universitas Haluoleo Kendari.
           
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
            Pembahasan penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh brand image sepatu Converse All Star terhadap minat beli konsumen pada mahisiswa Universitas Haluoleo Kendari. Penelitian ini variabel Brand Image (X) diukur dengan menggunakan 4 indikator yaitu Reputation (nama baik), Recognition (tingkat dikenalnya sebuah merek), Affinity (hubungan emosional),  dan Brand Loyality (loyalitas merk). Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental Sampling sebanyak 50 orang responden di Universitas Haluoleo Kendari.
 Berdasarkan hasil olah data yang dilakukan menggunakan analisis regresi linear sederhana, maka terbukti bahwa variabel brand image sepatu Converse All Star mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap minat beli konsumen serta memiliki hubungan dan merupakan hubungan yang kuat. Hal ini didasarkan pada nilai yang diperoleh yaitu nilai t hitung =6,210 > nilai t tabel =1,678 dan dikatakan memiliki hubungan yang kuat karena nilai r berada pada tingkatan ketiga yang menyatakan hubungan yang kuat yaitu 0,60 – 0,799 (Sugiyono, 2007). Ini berarti bahwa brand image bukan dilihat dari persepsi perusahaan, melainkan berdasarkan pada persepsi konsumen.
Kotler (2000) mengemukakan bahwa merek bukan hanya sebuah nama, simbol, gambar atau tanda yang tidak berarti. Merek merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Oleh karena itu, merek lebih dari sekedar simbol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reputasi atau nama baik dari sepatu Converse All Star yang dilihat dari kualitas produknya menimbulkan minat beli konsumen, selain itu tingkat dikenalnya sebuah merek (recognation) juga dapat menimbulkan minat untuk membeli dibenak konsumen. Seperti yang dikemukakan Stigler dalam Cobb-Walgren (1995) bahwa suatu merek yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk mengambil keputusan pembelian. Dampak dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.
            Kotler juga mengemukakan bahwa merek merupakan identitas sebuah produk yang dapat dijadikan sebagai alat ukur apakah produk itu baik dan berkualitas, sedangkan brand image menjadi hal yang sangat penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan karena melalui brand image yang baik akan dapat menimbulkan nilai emosional pada diri konsumen, dimana akan timbul perasaan positif pada saat membeli atau menggunakan suatu merek. Kotler (2000). Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa terdapat affinity atau hubungan emosional antara brand image sepatu Converse All Star dengan minat beli konsumen, kemudian jika nilai emosional tercipta dibenak konsumen, timbullah brand loyality atau pembelian ulang terhadap produk tersebut.
            Hal tersebut juga sesuai dengan yang dikemukakan Lau dan Lee (1999) dalam penelitian Muliana Merina. J (2011) bahwa pelanggan akan mempersepsikan bahwa sebuah merek memiliki reputasi yang baik, jika sebuah merek dapat memenuhi harapan mereka, maka reputasi merek yang baik tersebut akan memperkuat kepercayaan pelanggan dan akan menimbulkan minat untuk melakukan pembelian. Semakin baik/tinggi kualitas dan semakin dikenalnya sebuah merek dari suatu produk maka minat beli terhadap produk tersebut semakin tinggi pula serta semakin tinggi pula hubungan emosional terhadap sebuah merek.
            Nitiseminoto (1986) menyatakan bahwa keinginan seseorang untuk membeli dapat diketahui melalui motif-motif seseorang dalam membeli, salah satunya Motif Emosional, dimana minat seseorang untuk membeli didorong oleh pertimbangan-pertimbangan emosi tertentu, seperti prestise, status sosial, perasaan bangga, terkenalnya merek, tidak mau kalah dengan tetangga, harga diri, dan kepuasan. Dengan demikian, sesuai dengan penelitian ini bahwa reputation, recognation, affinity dan brand loyality dari sepatu Converse All Star mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat konsumen dalam melakukan pembelian.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Deni Muhadi (2008) bahwa Brand Image yang dimaksud menggunakan teori yang meliputi recognition, reputation, affinity, dan domain menurut tanggapan konsumen adalah positif dan penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa brand image pengaruh dalam kategori sangat kuat terhadap minat beli konsumen yaitu sebesar 78,20%, sedangkan sisanya 21,80% dipengaruhi faktor-faktor lain diluar dari variabel. Dengan kata lain, minat beli konsumen yang dalam hal ini Mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari dipengaruhi dan mempunyai hubungan dengan brand image sepatu Converse All Star.

4.5 Keterbatasan Penelitian
            Penelitian ini mempunyai keterbatasan penelitian yang kemungkinan dapat melemahkan hasilnya. Dalam penelitian ini, nilai determinasi (R2) sebesar 0,445 yang artinya kontribusi variabel brand image (citra merek) terhadap minat beli konsumen pengguna sepatu Converse All Star sebesar 44,5%. Hal ini merupakan keterbatasan penelitian yaitu kelemahan model secara statistik.
Populasi yang digunakan yakni mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari yang dalam hal ini yang hanya pengguna sepatu Converse All Star saja. Oleh karena itu, diharapkan pada penelitian selanjutnya dalam hal penentuan populasi dapat lebih diperluas lagi.

E.     KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sepatu Converse All Star mempunyai reputasi yang baik di benak konsumen sehingga menimbulkan minat beli konsumen. Selain itu merek sepatu Converse All Star di masyarakat cukup terkenal terutama dikalangan mahasiswa, dampak dari simbol sepatu merek Converse All Star memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli.
Mahasiswa pengguna sepatu Converse All Star di Universitas Haluoleo Kendari mempunyai hubungan emosional yang tinggi sehingga tertarik menggunakan sepatu Converse All Star, hal tersebut membuat mereka loyal terhadap sepatu Converse All Star. Semakin tinggi brand image (citra merek) maka akan semakin tinggi pula minat beli konsumen, demikian pula sebaliknya, semakin rendah brand image (citra merek) maka dapat mengurangi minat beli konsumen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa brand image (citra merek) sepatu Converse All Star mempunyai pengaruh yang bersifat signifikan dan positif terhadap minat beli konsumen pengguna sepatu Converse All Star pada mahasiswa Universitas Haluoleo Kendari.

5.2 Saran
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang dalam hal ini produsen sepatu Converse All Star yang ada di Kota Kendari dalam mengambil keputusan dan kebijakan berkaitan dengan upaya menarik minat konsumen dan mempertahankan brand image kepada konsumen. Dengan brand image yang baik maka akan dapat meningkatkan minat beli konsumen terutama pada produk sepatu Converse All Star.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pada khususnya maupun secara praktis, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang sama, diharapkan untuk mengakaji masalah ini dengan jangkauan yang lebih luas dengan menambah variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini.
Karena penelitian ini hanya menggunakan variabel brand image sebagai variabel independen, maka diharapkan untuk peneliti selanjutnya memasukkan seluruh variabel yang berpengaruh terhadap minat beli konsumen, seperti gaya hidup, kualitas pelayanan, dll.



DAFTAR PUSTAKA

Aaker, A. David, 1991. Managing Brand Equity : Bapitalizing On The Value Of Brand Name, New York, The Free Press.
Achmad, Zein, 2008. Aplikasi Pemasaran dan Salesmanship, Edisi Kedua. Jakarta:Mitra Wacana Media.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Davis, m. Scott, 2000. The Power Of Brand. Journal Of Strategy and Leadership, XXVIII.
Dwityanti, Esthi. 2008. Analisis Faktor-Faktor  Yang Mempengaruhi  Minat Beli Konsumen Terhadap Layanan Internet Banking Mandiri, Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Engel F, James, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard. 1994. Perilaku Kosumen Edisi VI. Jakarta: Binarupa Aksara.
Haubl, G.,1996,  A Cross-National Investigation Of The Effects Of Country Of Origin And Brand Name On The Evaluation Of A New Car,  International Marketing Review,Vol. 13 No. 5, pp. 76-97.
Hong Lin, Nan dan Bih-Shya Lin, 2007. The Effect of Brand Image and Product Knowledge on  Purchase Intention Moderated by Price Discount. Journal of International Management Studies August.
Irawati, Nisrul dan Rina Primadha, 2008. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap  Brand Image pada Unit Rawat Jalan Poliklinik Penyakit dalam RSU Dr. Pirngadi di Medan. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 1 Nomor 2 Mei.
Jurnal Manajemen Pemasaran Modern. Pengaruh Bauran Penjualan Eceran (Retail Mix) Terhadap Citra Departemen Store. Volume 1 No.1 Januari-Juni 2009.
Kapferer, Jean-Noel, 1992, Strategic Brand Management, New York : Davidson Of Maclimillian, Inc.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan dan Pengendalian, Terjemahan Adi Zakaria Affif, Edisi Ketujuh, Penerbit FE-UI, Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2007. Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua Belas  Jilid 1. Indonesia : PT. Indeks.
Lamb, Charles W. 2001. Pemasaran. Jakarta : PT Salemba Empat.
Malhotra, Neresh, K. 1996. Marketing Research, London : Prentice Hall International, Inc.
Muktiyo, Widodo, 2005. Membangun Usaha Dengan Kekuatan Image, Cetakan 1. Penerbit : Pinus Yogyakarta.
Nazir, Moh, 2003. Metode Penelitian. Penertbit : Ghalia Indonesia Jakarta.
Ningsih, Suryani, 2009, Hubungan brand image (citra merek) dengan minat membeli Konsumen pelembab pond’s white beauty Pada mahasiswa psikologi uin maulana malik ibrahim. Fakultas Psikologi Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahin Malang.
Nugroho, Setiadi. 2005. Perilaku Konsumen (Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran). Jakarta : Prenada Media Grup
Pride, W. M., dan Ferrell, O. C.. 1989. Pemasaran dan Praktek Sehari-hari, terjm. Oleh Daniel Wirajaya, Edisi VII. Jakarta: Binarupa Aksara
Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brands: Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek Plus Analisis Kasus dengan SPSS. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rao, Akhsay R and Kent, B Monroe, (1989), “The Effect of Price, Brand Name, and Store Name Buyers Perceptions of Products Quality: An Integration Review,” Journal of Marketing Research, Vol.26.
Simamora, Bilson. 2002. Aura Merek : 7 Langkah Membangun Merek Yang Kuat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, Bilson. 2003. Aura Merek. Edisi Lanjutan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi. Jilid 1 Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga.
Stanton William, J. 1991. Prinsip Pemasaran, Edisi Ke Tujuh, Jilid II, Penerbit:Erlangga, Jakarta.
Tjiptono, Fandy, 2000. Perspektif Manajemen dan Pemasaran Kontemporer. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tjiptono, Fandy. 2005.  Brand Management and Strategy. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Temporer, Paul, 2000. Branding in Asia (Membangun Marek diAsia) Edisi Revisi. Batam : Inter Aksara.
Aas Maesyanurdin's Blog.Tidak Sekedar Nama. Postingan 15 Mei 2010. Akses : 13 Juni 2011 jam 17.15.
http//msuyanto.com. Strategi Membangun Merk (1), (2), (3). Akses: 15 Juni 2011 jam 20.00.
http://ngebrand.wordpress.com. Mengapa Bisnis Memerlukan Brand. Postingan 21 September 2010. Akses : 15 Juni 2011 jam 19.56.
www.wipo.int/ebookshop, e-bookshop WIPO tahun 2006.