Senin, 19 Oktober 2009

SEGMENTASI PSIKOGRAFIS

Segmentasi Psikografis (Gaya Hidup)
Konsep tentang perasaan konsumen merujuk pada perkiraan umum konsumen terhadap pemasaran dan pasar. Bagi pemasar atau pembuat keputusan yang berkaitan dengan pemasaran, mengikuti sentimen konsumen dapat memberikan peringatan awal tentang perilaku dan kekuatan pasar. Sentimen konsumen akan sangat berguna untuk mengukur keadaan pasar secara umum dan juga sebagai latar belakang untuk mengetahui secara lebih mendalam dan terperinci mengenai kebutuhan, keinginan, dan kepuasan konsumen.
Disisi lain manusia sebagai mahluk yang multidimensional, paradoksal, dan dinamis. Sebagai mahluk multidimensional berarti manusia sebagai mahluk jasmaniah dan rohaniah, manusia selalu berpikir dan berefleksi. Walaupun dalam suatu kesatuan, tetapi di dalam kesatuan tersebut terdapat dimensi tingkatan ontologis yang berbeda. Manusia sebagai mahluk paradoksal artinya di dalam diri manusia terdapat dua kebenaran yang saling bertentangan tetapi akan menjadi suatu kebenaran bila keduanya menjadi satu. Manusia juga merupakan mahluk dinamis, dengan kedinamisan manusia, menyebabkan terjadinya kemajuan diberbagai bidang. Kedinamisan menusia mendorong manusia maju untuk membangun dirinya, membangun relasi sesamanya. Manusia sebagai pribadi dengan kekuatan relasinya mempererat hubungan baik sesama manusia maupun dengan Tuhan.
Ciri paling mencolok yang semakin banyak digunakan oleh perusahaan/produsen dalam memproduksi adalah produsen selalu mengkaitkan gaya hidup konsumen yang mengindikasikan bagaimana konsumen hidup, berpikir, berperilaku, dan bertindak. Sisi psikografis (Gaya hidup) sebagai cara untuk melakukan segmentasi pasar menunjukkan bahwa segmentasi psikografis (gaya hidup) menjadi semakin populer sebagai alat dalam pembuatan keputusan manajemen pemasaran. Penggunaan psikografis (gaya hidup) sebagai kriteria segmentasi pasar terus menerus mengalami peningkatan dengan harapan melalui segmentasi psikografis (gaya hidup) dapat menjelaskan lebih banyak variasi perilaku/tindakan konsumen dibandingkan bila hanya melakukan segmentasi dengan hanya melibatkan variabel-variabel demografis, geografis, dan/atau sosial-ekonomi.
Semakin banyaknya penggunaan sisi psikografis (gaya hidup) untuk melakukan segmentasi pasar karena nilai konsumen dan karakteristik gaya hidup dapat menyediakan lebih banyak lagi pandangan bagi pemasar terhadap potret kehidupan. Sejak diperkenalkan oleh Lazer tahun 1963, analisis mengenai gaya hidup konsumen mampu menyediakan informasi yang sangat penting bagi pemasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen pemasaran. Gaya hidup konsumen sebagai sebuah fungsi karakteristik individual yang melekat pada konsumen dibentuk dan terbentuk melalui interaksi sosial seperti pergerakan konsumen dan daur hidup keluarga. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Gaya hidup tersebut berkaitan dengan konsep diri dan dapat merupakan sumber informasi yang kompleks yang berbeda yang dipegang oleh seseorang tentang dirinya. Tujuan dari segmentasi psikografis (gaya hidup) adalah mengklasifikasikan konsumen kedalam segmen pasar yang dapat diidentifikasikan dengan pola gaya hidup yang spesifik. Skala pengukuran psikografis (gaya hidup) yang sekarang banyak dijadikan referensi adalah VALS (Value and Life Style) yang dikembangkan oleh SRI (Stamford Research Institute).
Sementara itu, berbagai hal yang melekat pada diri manusia menyebabkan manusia mempunyai hasrat, kebutuhan dan keinginan. Ketiga hal tersebut merupakan hakekat kehidupan manusia. Hasrat, kebutuhan dan keinginan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia selalu berusaha untuk mewujudkan hasratnya, memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Ketiganya akan terwujud dalam diri seseorang bila orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mewujudkannya. Misalnya seseorang berhasrat ingin berlibur untuk menyegarkan kembali kondisi fisik dan mentalnya, maka ia butuh untuk berlibur. Dengan kemampuan ekonominya maka ia ingin berlibur ke suatu tempat yang jauh dari keramaian atau ketempat yang disukainya.
Munculnya eksekutif muda dan kelas sosial baru dengan pendapatan yang memadai, masyarakat yang berkecukupan mendorong kearah masyarakat konsumtif. Karena masyarakat akan membelanjakan sebagian kelebihan/surplus pendapatan. Sementara itu disekitar kita terjadi suatu hal yang luar biasa tentang konsumsi, yaitu terjadinya kelimpahruahan yang dibentuk oleh melimpahnya barang dan jasa. Di jalan, tempat yang paling ramai dikunjungi seperti toko-toko, super market, department store, mall dan berbagai pusat perbelanjaan dan tempat-tempat pameran (show room). Pusat keramaian ini dipenuhi dengan berbagai produk mulai dari produk kebutuhan sehari-hari sampai produk spesial dengan harga yang mahal.
Peningkatan tipe dan jumlah absolute tempat pengecer, meningkatnya kekuatan porsi pengeluaran minimal konsumen, dan atmosphere kerja meningkat mengakibatkan perubahan pola pengeluaran masyarakat. Konsumen akan menukarkan suatu nilai untuk suatu produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhannya, perusahaan harus memuaskan kebutuhan konsumen sehingga dalam jangka panjang dapat memperoleh keuntungan dari konsumen. Berbagai keuntungan dengan terpuaskannya kebutuhan konsumen, diantaranya konsumen bila akan membeli ulang maka konsumen tidak kesulitan untuk mencari produk yang cocok dengan kebutuhannya. Konsumen dapat menjadi media promosi yang efisien dan efektif. Melalui komunikasi yang terjadi sesama konsumen, konsumen baik yang puas maupun tidak puas akan cenderung memberi tahu kepada yang lain tentang apa yang dialaminya setelah ia membeli suatu produk. Konsumen secara tidak langsung telah menjadi media untuk membangun citra produk sehingga akan menguntungkan perusahaan. Asumsi seorang konsumen akan belajar dari pengalamannya, selanjutnya menurunnya tingkat diskonfirmasi akan berdampak terhadap kepuasan konsumen. Apabila konsumen puas dengan apa yang dibeli maka akan memperkuat konfirmasi. Tetapi sebaliknya bila konsumen tidak puas maka akan menjadi diskonfirmasi yang berakibat buruk bagi perusahaan .
Adanya psikografis (gaya hidup) (psychographyc/life style) kepribadian (personality), yang semakin dinamis menyebabkan terjadinya perubahan yang cepat terhadap diri konsumen. Percepatan perubahan ini juga terjadi karena berbagai kemajuan di bidang teknologi, disamping itu juga karena tuntutan perkembangan jaman. Kemajuan teknologi terutama teknologi informasi telah menyebabkan lalu lintas arus informasi dan budaya tidak dapat lagi dicegah. Kuatnya budaya asing masuk telah membawa pengaruh terhadap kehidupan seseorang bahkan kehidupan suatu masyarakat/negara.
Pendekatan psikografis untuk mempelajari perilaku konsumen akhir-akhir ini merupakan studi yang menarik untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk sebuah dasar guna mengembangkan strategi pemasaran. Perusahaan harus dapat memahami siapa, apa dan bagaimana konsumennya. Produsen harus mengetahui apa yang dibutuhkan, bagaimana seleranya, bagaimana konsumen mengambil keputusan, dan bagaimana konsumen mengkonsumsinya. Sehingga pembahasan sisi mikro dalam perilaku konsumen terutama mengenai gaya hidup dan psikografis menjadi hal yang sangat penting. Pembahasan ini penting karena orientasinya juga lebih kognitif yaitu mengukur/menekankan proses berpikir individu konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Kedinamisan perilaku konsumen membuat pemasaran pada saat ini mempunyai kedudukan strategis. Tetapi juga mempunyai tugas berat, karena kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada keberhasilan pemasarnya. Disamping itu karena daur hidup produk juga menjadi semakin pendek terutama disebabkan karena faktor teknologi. Walaupun sebenarnya secara ekonomis, produk yang dimiliki masih layak untuk dipakai, tetapi dengan kemajuan teknologi, produsen telah membuat produk baru dengan spesifikasi yang berbeda dari produk lama, sehingga produk lama sudah tidak layak secara teknologi untuk dipakai.
Disisi lain persaingan yang semakin ketat menyebabkan konsumen benar-benar telah menjadi pusat perhatian perusahaan. Perusahaan melalui ahli pemasarannya baik individu maupun organisasi mempunyai peranan dalam proses pertukaran dengan konsumen. Perusahaan yang mensuplai produk harus benar-benar memahami kondisi sekarang dan perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat. Oleh karena itu perusahaan yang mensuplai produk harus mengetahui kondisi sekarang dan perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang.
Produsen harus memahami sisi psikografik (gaya hidup) konsumennya. Psikografis (psychographyc) merupakan konsep menyangkut kepuasan konsumen terkait dengan gaya hidup. Psikografis merupakan instrumen untuk mengukur gaya hidup yang memberikan pengukuran kuantitatif. Konsumen membeli barang dan jasa dapat dilandasi karena tiga hal yaitu kegiatan (activities), minat (interest), opini (opinion) disingkat dengan AIO. AIO akan mengarahkan konsumen untuk memilih dan membeli produk mana yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya sehingga kebutuhan dan keinginannya terpuaskan. Disisi lain dengan melakukan penelitian yang mendalam tentang sisi psikografik (gaya hidup) konsumen, memberikan keuntungan bagi perusahaan karena perusahaan dapat mengetahui orientasi pembelian konsumen. Berdasarkan psikografis (gaya hidup), dari penelitian yang dilakukan oleh SRI International, maka orientasi pembelian konsumen dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu principle oriented (orientasi prinsip), status oriented (orientasi status), dan action oriented (orientasi aksi).
Pengetahuan konsumen tentang barang dan jasa yang akan dibeli akan menentukan keputusannya untuk membeli maupun mengkonsumsinya. Manfaat yang terdapat pada produk merupakan suatu nilai yang akan diperoleh konsumen. Paradigma harapan-diskonfirmasi (the expectation-disconfirmation paradigm) dikenal untuk menjelaskan kepuasan konsumen (Shaun, Adam, Wiley: 2000). Asumsi konsumen akan belajar dari pengalamannya, sehingga penurunan tingkat diskonfirmasi akan berdampak terhadap kepuasan konsumen. Konfirmasi positip akan menciptakan sebuah faktor kejutan (surprise) dan berdampak pada kepuasan konsumen dan probabilitas pembelian ulang diwaktu yang lain.

Sabtu, 03 Oktober 2009

Analisis Pengaruh Kemampuan, kerampilan dan kecerdasan kerja thd prestasi kerja

ANALISIS PENGARUH KEMAMPUAN KERJA, KETRAMPILAN KERJA DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA BANK-BANK BUMN DI KOTA KENDARI

Endro Sukotjo


This study intend to know influence of work ability, work skill and emotional intelligence toward employee’s work achievement at Bank-bank BUMN at Kendari Municipality. The respondent of this study is 60 persons. The result of the analysis is showing are: (1) the work ability that comprise of knowledge variable about assignment/work (X1), work skill (X2), and emotional intelligence (X3), are simultaneously toward employee’s work achievement (Y) have connection and influence that significant toward employee’s work achievement Bank-Bank BUMN at Kendari Municipality; (2) partially of knowledge only about assignment/work (X1) and work skill (X3) statistically is not influential significantly.

Key words: work ability, work skill, emotion intelligence, work achievement

A. PENDAHULUAN

Optimalisasi pencapaian tujuan organisasi/perusahaan sangat ditentukan oleh efektifitas pelaksanaan atau proses mengkombinasikan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Salah satu dimensi esensial dalam pengelolaan sumberdaya manusia adalah kemampuan kerja, ketrampilan kerja karyawan, dan kecerdasan emosional (emotional intelligence) yang merujuk pada kemampuan mental karyawan. Ketiga dimensi tersebut sangat penting artinya dalam menunjang kinerja karyawan. Artinya kemampuan kerja bila tidak didukung dengan ketrampilan kerja dankecerdasan emosional karyawan maka kinerja karyawan tidak dapat optimal (Quy Nguyen Huy, 1999; Kim Cameron J. Stuller, 1997).

Secara teoritis kemampuan kerja yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan kecerdasan emosional merupakan determinan penting bagi hasil kerja atau prestasi kerja karyawan. Prestasi kerja pada dasarnya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Disisi lain, tuntutan kerja bagi perbankan yang disebabkan kondisi persaingan yang semakin tinggi, mendorong pihak perbankan harus terus meningkatkan kemampuan manajemennya terutama kemampuan sumberdaya manusia (SDM). Sejalan dengan semakin meningkatnya persaingan antar bank di Sulawesi Tenggara dan Kota Kendari pada khususnya maka setiap bank semakin menyadari bahwa upaya pencapaian tujuan organisasi secara optimal adalah berusaha meningkatkan kinerja pelayanan (service quality) kepada masyarakat (konsumen) secara terus-menerus.

Hal tersebut juga didasari dengan kesadaran bahwa untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat (nasabah) hanya mungkin dapat dicapai apabila setiap karyawan memiliki kemampuan yang memadai berupa pengetahuan, keterampilan dan kecerdasan emosional (kemampuan mental) dalam melaksanakan tugas/pekerjaan sehubungan pencapaian kinerja pelayanan yang memuaskan. Untuk itu, berbagai upaya yang dilakukan, seperti memberikan pendidikan dan pelatihan masih merupakan pilihan pihak manajemen untuk terus memacu kinerja karyawan dan kinerja perusahaan. Selain itu, kebijakan rotasi tugas/pekerjaan, promosi, degradasi bagi karyawan serta berbagai penghargaan seperti pemberian insentif, bonus, dan penghargaan non materi lainnya dianggap masih memadai untuk diterapkan. yang dibarengi dengan penegakan disiplin kerja. Kesemua itu merupakan rangkaian dari proses untuk meningkatkan kinerja atau prestasi kerja karyawan dan kinerja perusahaan (bank). Sehubungan dengan hal tersebut, maka salah satu aspek yang menarik untuk dikaji secara empirik, apakah kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada bank BUMN di Kota Kendari; yang dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pengetahuan karyawan, keterampilan karyawan dan kecerdasan emosional karyawan berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada bank BUMN di Kota Kendari?”.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Kemampuan Kerja

Organisasi sebagai suatu sistem, keberhasilan pencapaian tujuannya ditentukan oleh bagaimana sub-sub sistem baik internal maupun eksternal saling bersinergi membentuk suatu kekuatan. Salah satu sub sistem organisasi yang sangat penting keberadaannya adalah keberadaan sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia sebagai suatu sub sistem tetapi kualitas sumberdaya manusia dalam suatu organisasi dapat dikatakan sebagai bagian yang paling essensial, karena maju mundurnya suatu organisasi sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya, sehingga peningkatan kualitas SDM harus dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis. Peningkatan kualitas SDM ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pegawai dalam menangani berbagai aktivitas organisasi. Disisi lain organisasi terus mengalami perkembangan seiring dengan semakin besarnya organsasi.

Kualitas sumberdaya manusia merupakan kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan berbagai keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya” sedangkan kemampuan kerja individu menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan berhubungan erat dengan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki setiap orang untuk melaksanakan tugas” Filipo dalam Moh. As’ad, 1990: 120; Gibson, 1996: 127),. Kemampuan kerja tidak hanya menyangkut kemampuan fisik, tetapi kemampuan atau kesiapan dan kesanggupan mental seseorang untuk melaksanakan tugas/pekerjaan. Faktor kemampuan karyawan terdiri dari pengetahuan dan keterampilan, di mana pendidikan atau pengetahuan karyawan yang memadai untuk jabatannya dan keterampilan dalam menggerakkan pekerjaan sehari-hari, maka karyawan akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan” Keith Davis dalam Mangkunegara (2000: 67).

Kemampuan (ability) adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Dalam konteks ini, kapasitas individu meliputi: (1) kapasitas atau kemampuan intelektual yang mencirikan kemampuan pengetahuan yang dimiliki seseorang; (2) kapasitas atau kemampuan fisik (biologis) untuk melaksanakan tugas. Tetapi kemampuan seperti itu perlu ditunjang oleh kemampuan berupa kecerdasan emosional seseorang dalam bekerja. Goleman (1995) dan Stuller (1997).

(a) Pengetahuan

Pengetahuan mencerminkan kemampuan kognitif seorang pegawai/karyawan berupa kemampuan untuk mengenal, memahami, menyadari dan menghayati suatu tugas/pekerjaan. Karena itu, pengetahuan seseorang karyawan dapat dikembangkan melalui pendidikan, baik formal maupun non formal serta pengalaman. Pendidikan membekali seseorang dengan dasar-dasar pengetahuan, teori, logika, pengetahuan umum, kemampuan analisis serta pengembangan watak dan kepribadian”. Simanjuntak (1992)

Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengetahuan karyawan tentang tugas/pekerjaannya dapat diukur dengan indikator seperti berikut:

1. pemahaman tentang cakupan tugas/pekerjaan;

2. pemahaman terhadap prosedur pelaksanaan tugas/pekerjaan;

3. pemahaman terhadap cara pelaksanaan tugas/pekerjaan;

4. penghayatan terhadap tanggungjawab tugas/pekerjaan;

5. pemahaman tentang tantangan dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan;;

6. kesesuaian variasi pengetahuan yang dimiliki, dengan pengetahuan dalam pelaksanaan tugas.

(b) Keterampilan

Untuk meningkatkan kemampuan kerja, disamping dilakukan melalui pendidikan formal, dapat juga dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan. Tujuan dari pelatihan pada umumnya untuk meningkatkan ketrampilan kerja, peningkatan penguasaan alat dan metode-metode baru. Latihan kerja menekankan pada peningkatan kemampuan profesional, sehingga latihan adalah suplemen dari pendidikan. Sasaran dari pelatihan pada dasarnya untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Nilai-nilai pengembangan bakat, kreaktifitas, inovasi, keterampilan dan motivasi kerja biasanya ditumbuhkan di lingkungan pendidikan dan dikembangkan dalam proses latihan kerja.

Dengan demikian keterampilan kerja seseorang dapat dikembangkan melalui proses pelatihan tugas/pekerjaan. Keterampilan kerja karyawan dalam konteks ini dapat diukur dengan beberapa indikator seperti berikut:

1. kemampuan menentukan cara menyelesaikan tugas/pekerjaan;

2. kemampuan menentukan prosedur terbaik dalam melaksanakan tugas/ pekerjaan;

3. kemampuan menyelesaikan tugas dengan baik;

4. kemampuan menentukan ukuran/volume tugas terbaik yang dapat diselesaikan;

5. kemampuan menentukan ukuran kualitas tugas/pekerjaan terbaik yang dapat diselesaikan.

6. kemampuan memprediksi hasil pelaksanaan tugas/pekerjaan.

(c) Kecerdasan Emosional (Emotional Intelligence)

Dalam perspektif analisis teoritik, menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat membantu mengarahkan seseorang (karyawan) untuk berubah dan beradaptasi di tempat kerjanya (Huy, 1999). Demikian pula hasil studi longitudinal Cameron (1999), menemukan bahwa kecerdasan emosional dapat menjadi prediktor yang baik terhadap kesuksesan hidup seseorang (misalnya: bidang ekonomi, kepuasan hidup, kesuksesan dalam berteman, kepuasan dalam kehidupan keluarga), termasuk pencapain tujuan kerja, dibanding ‘intelligence quotient’ (IQ).

Apa kecerdasan emosional, Goleman (1998) memberikan defenisi kecerdasan emosional (emotional intelligence) sebagai berikut: “Emotional intelligence as the capacity for recognizing our own feelings and those of others, for motivating ourselves, and for managing emotions well in ourselves and in our relationships”. Kecerdasan emosional berkaitan dengan bagaimana seseorang mengenali perasaan diri sendiri juga terhadap yang lainnya. Persaaan tersebut berkaitan pula untuk memotivasi diri sendiri dan untuk mengelola emosi yang baik dan dalam hubungannya dengan pihak-pihak lain. Terdapat tiga unsur penting dalam kecerdasan emosional, yaitu bagaimana seseorang mengenali dirinya sendiri, kemampuan memotivasi diri, dan bagaimana hubungannya dengan pihak-pihak lain. Kecerdasan emosional berkaitan pula dengan kemampuan seseorang untuk mengelola dan memahami perasaan diri dan emosi diri serta perasaan dan emosi pihak-pihak lain

Terdapat beberapa dimensi kecerdasan emosional berkaitan dengan kemampuan kerja dan kontribusinya terhadap kinerja pegawai/karyawan. Dimensi tersebut adalah Inisiatif (initiative); mampu mempercayai orang lain (trustworthiness); kepercayaan diri (self-confidence); keinginan untuk berprestasi (achievement drive); mampu bekerja secara tim (team capability), dan empati (empathy). Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dalam pekerjaan dapat dikenali melalui: (1) kemampuan berinisiatif dalam melaksanakan pekerjaan; (2) kemampuan untuk selalu percaya atau berfikir positif terhadap rekan sekerja; (3) kepercayaan diri yang tinggi; (4) keinginan tinggi untuk berprestasi; (5) kemampuan untuk bekerjasama dengan rekan sekerja; (6) selalu mendapat empati dari rekan sekerja; dan (7) kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi permasalahan tugas/pekerjaan. Ketujuh indikator inilah yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pengukur kecerdasan emosional karyawan dalam penelitian ini.

(d) Konsep Prestasi Kerja (Kinerja)

Prestasi kerja berkaitan dengan suatu yang dikerjakan atau produk (barang/jasa) yang diberikan atau yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok orang. Prestasi kerja karyawan merupakan pencapaian hasil pelaksanaan pekerjaan tertentu oleh karyawan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Menurut Benardin dan Russel yang dikutip oleh Ruky (2002), memberikan defenisi tentang performance sebagai performance is defined as the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time period. Sedangkan Mangkunegara (2000), mengemukakan bahwa: “pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Kinerja seseorang dapat diukur dari (1) Kualitas (mutu kerja) yang terdiri dari ketepatan, keterampilan dan kerapian; (2) Kuantitas kerja yaitu jumlah tugas-tugas rutin yang dapat dikerjakan/diselesaikan, ketepatan, kecepatan pegawai/karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya; (3) Ketangguhan menyangkut pelaksanaan perintah, kebiasaan, keselamatan yang baik, inisiatif, ketepatan waktu dan kehadiran, dan (4) Sikap terhadap perubahan pekerjaan dan teman kerja. ( Flippo dalam As’ad , 1990).

Untuk mengukur prestasi kerja (performance on the job), dapat digunakan indikator seperti: production under standard; quality under standard; grievances; accidents; unscheduled downtime and machine repair; and material utilization and inventory shrinkage” (Hall and Goodale (1986). Sesuai pendapat tersebut, maka untuk kepentingan pengukuran prestasi kerja karyawan dalam konteks penelitian ini, menggunakan indikator sebagai berikut:

1. volume hasil kerja;

2. kualitas hasil kerja;

3. waktu menyelesaikan pekerjaan;

4. keluhan pimpinan atas hasil pekerjaan;

5. teguran pimpinan atas hasil pekerjaan.

C. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Bank-bank milik pemerintah menjalankan dua fungsi pokok, yaitu fungsi memperoleh laba maksimal dalam menunjang penerimaan/pendapatan negara, dan sebagai agen pembangunan melalui kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat secara optimal. Untuk mencapai kedua fungsi dimaksud, salah satunya sangat ditentukan oleh kemampuan organisasi (perusahaan) memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat (konsumen). Untuk mencapai kinerja pelayanan terbaik salah satunya sangat ditentukan kemampuan (ability) setiap pegawai dalam melaksanakan tugas/pekerjaan yang berkaitan dengan pencapaian kinerja pelayanan. Disisi lain persaingan antar bank semakin ketat, sehingga untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja perbankan, maka setiap bank harus harus mempunyai komitmen kuat dan perbaikan terus menerus. Salah satu komitmen dan perbaikan berkelanjutan yang sangat strategis terhadap sumberdaya yang dimilikinya adalah sumberdaya manusia (karyawan). Dari berbagai penelitian, dapat diketahui bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang diiringi dengan komitmen yang kuat untuk mengembangkan perusahaan serta perbaikan yang berkelanjutan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Dunia perbankan terutama bank-bank pemerintah sangat menyadari keadaan tersebut, sehingga peningkatan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan karyawan merupakan suatu keharusan dan dilakukan secara terus menerus. Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia (karyawan) selama ini telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan melalui berbagai jenis dan tingkatan pendidikan dan latihan, baik yang dilakukan oleh internal organisasi maupun dilakukan oleh kantor pusat. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan kerja dalam rangka menghasilkan prestasi kerja yang maksimal dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat sebagai konsumen.

Secara teoritik dan empirik telah ditemukan banyak bukti bahwa kemampuan kerja berupa pengetahuan kerja, keterampilan kerja dan kecerdasan emosional merupakan variabel determinan atau prediktor bagi tinggi rendahnya kinerja atau prestasi kerja karyawan pada berbagai jenis pekerjaan, dengan asumsi bahwa berbagai variabel konteks tugas dan lingkungan tugas/pekerjaan bersifat kondusif bagi pelaksanaan tugas/pekerjaan karyawan dengan baik. Atas dasar pandangan tersebut, maka patut diduga pula bahwa kemampuan kerja berupa pengetahuan, keterampilan, kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada Bank-bank pemerintah di Kota Kendari. Dugaan ini pula yang selanjutnya akan dibuktikan dalam penelitian ini. Hubungan tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Hubungan antar variabel














Berdasarkan hubungan antar konsep, permasalahan, landasan teoritis, dan kerangka pikir yang telah dikemukakan, maka diajukan hipotesis: pengetahuan kerja, keterampilan kerja dan kecerdasan emosional berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada bank-bank pemerintah di Kota Kendari baik secara parsial maupun simultan..


D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat eksplanatori dan sebab akibat, diharapkan penelitian ini akan dapat menjawab permasalahan dan menjelaskan. Objek penelitian bank-bank pemerintah di Kota Kendari Sulawesi Tenggara, dengan populasi karyawan tetap bank-bank pemerintah di Kota Kendari, pengumpulan data dilakukan dengan metode purposive sampling, sampel diambil sebanyak 60 responden terbagi secara proporsional yang meliputi Bank BNI, Bank BRI, Bank BTN, dan Bank Mandiri masing-masing 15 responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh atau bersumber dari jawaban karyawan responden mengenai keseluruhan item pernyataan yang diajukan melalui daftar pertanyaan (angket).

E. METODE ANALISIS DATA

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis statistika inferensial dengan metode regresi linier berganda dengan rumus regresi populasi sebagai berikut:

Metode Yi = b0 + b1X1i + b2X2i + b3X3i + . . . . + bkXki + ei

Dimana:

Y = variabel dependen

b0 = konstanta

X1i, X2i, X3i = variabel bebas (ke-i = 1, 2, 3, . . . . . , n)

b1, b2, b3 = koefisien regresi populasi (ke-i = 1, 2, 3, . . . . . , n)

ei = faktor kesalahan (J. Supranto, 2001: 236)

Dari persamaan tersebut maka model dalam penelitian ini adalah:

Yi = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei

Dimana:

Yi = prestasi kerja

b0 = konstanta

X1 = pengetahuan

b1 = koefisien regresi dari X1

X2 = keterampilan kerja

b2 = koefisien regresi dari X2

X3 = kecerdasan emosional

b3 = koefisien regresi X3

ei = faktor kesalahan (asumsi = 0)

Variabel-variabel penelitian secara operasional didefinisikan sebagai berikut:

Pengetahuan Kerja (X1): adalah akumulasi dari apa yang diketahui, dipahami dan dirasakan oleh karyawan responden tentang cakupan, prosedur, cara tanggungjawab, dan tantangan tugas, serta variasi pengetahuan yang dimiliki sehubungan dengan pelaksanaan tugas/pekerjaan. Variabel indikator ini diukur dengan 6 (enam) item indikator, yakni: (1) pemahaman tentang cakupan tugas/pekerjaan; (2) pemahaman tentang prosedur pelaksanaan tugas/ pekerjaan; (3) pemahaman tentang cara pelaksanaan tugas/pekerjaan; (4) penghayatan terhadap tanggungjawab tugas/pekerjaan; (5) pemahaman tentang tantangan pelaksanaan tugas/pekerjaan; dan (6) kesesuaian variasi pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas. Masing-masing item indikator tersebut dinyatakan dalam skala sikap menurut Likert dengan 5 (Lima) alternatif jawaban.

Keterampilan Kerja (X2); adalah akumulasi dari apa yang diketahui dan dirasakan oleh karyawan responden tentang kemampuannya dalam menentukan cara, ukuran dan prosedur pelaksanaan tugas/pekerjaan dengan baik. Variabel indikator ini diukur dengan 6 (enam) item indikator, yakni: (1) kemampuan menentukan cara penyelesaian tugas/pekerjaan; (2) kemampuan menentukan prosedur terbaik dalam pelaksanaan tugas/pekerjaan; (3) kemampuan menyelesaikan tugas/pekerjaan dengan baik; (4) kemampuan menentukan ukuran/volume tugas/pekerjaan terbaik yang dapat diselesaikan; (5) kemampuan menentukan ukuran kualitas hasil pekerjaan terbaik yang dapat diselesaikan; dan (6) kemampuan memprediksi hasil pelaksanaan tugas/pekerjaanya. Masing-masing item indikator tersebut dinyatakan dalam skala sikap menurut Likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban.

Kecerdasan emosional (X3), adalah akumulasi dari apa yang diketahui dan dirasakan oleh karyawan responden tentang dirinya dan hubungannya dengan rekan sekerja dalam menjalani tugas/pekerjaannya. Variabel indikator ini diukur dengan 6 (enam) item indikator, yakni: (1) insiatif kerja; (2) kepercayaannya terhadap rekan sekerja; (3) kepercayaan diri; (4) keinginan berprestasi; (5) kesenangan rekan sekerja terhadap dirinya; dan (6) kemampuan mengendalikan diri dalam menghadapi permasalahan tugas/pekerjaan. Masing-masing item indikator tersebut dinyatakan dalam skala sikap menurut Likert 5 (lima) alternatif jawaban.

Prestasi kerja (Y), adalah akumulasi dari apa yang diketahui dan dirasakan oleh karyawan responden tentang hasil pelaksanaan tugas/pekerjaannya. Variabel indikator ini diukur dengan 5 (lima) item indikator, yakni: (1) ketepatan volume hasil kerja; (2) ketepatan kualitas hasil pekerjaan; (3) ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan; (4) keluhan pimpinan atas hasil pekerjaan; dan (5) teguran pimpinan hasil pekerjaan. Masing-masing item indikator tersebut dinyatakan dalam skala sikap menurut Likert dengan 5 (lima) alternatif jawaban.

F. HASIL PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

PENELITIAN

1. Uji Validitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen penelitian valid dan reliable. Pengujian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 20 responden. Uji validitas dengan menggunakan metode korelasi product moment Pearson, dengan kriteria jika r yang diperoleh ≥ 0,30 pada taraf kepercayaan 95% maka dinyatakan valid. Hasil uji validitas terhadap instrumen penelitian tersaji pada Tabel 1 sebagai berikut:.

Tabel 1. Hasil Uji Validitas Instrumen pada Taraf ( = 0,05.

Indikator

Nilai r

Status

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

X2.6

X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

X3.5

X3.6

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

0,754

0,553

0,690

0,715

0,605

0,616

0,767

0,814

0,773

0,589

0,803

0,510

0,698

0,754

0,672

0,726

0,551

0,759

0,789

0,632

0,806

0,805

0,773

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber: Data primer diolah, 2009

Berdasarkan Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa semua item indikator yang mengukur masing-masing variabel indikator menghasilkan angka koefisien validitas yang lebih dari 0,30 (r > 0,30). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid.

2. Uji Reliabilitas

Hasil pengujian reliabilitas instrumen penelitian pada taraf kepercayaan 95% (( = 0,05) tersaji pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Reliabiltas Instrumen pada Taraf = 0,05

Indikator

Nilai r

Status

X1

X1.1

X1.2

X1.3

X1.4

X1.5

X1.6

Koefisien a

0,656

0,719

0,682

0,676

0,724

0,717

0,734

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

X2

X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X2.5

X2.6

Koefisien a

0,755

0,741

0,768

0,799

0,743

0,819

0,804

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

X3

X3.1

X3.2

X3.3

X3.4

X3.5

X3.6

Koefisien a

0,704

0,687

0,724

0,696

0,805

0,684

0,753

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Y

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Koefisien a

0,762

0,828

0,759

0,756

0,779

0,814

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber: Data primer diolah, 2009.

Berdasarkan Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa semua item indikator yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel indikator memiliki angka koefisien yang lebih besar dari 0,60, karena itu instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data dinyatakan reliabel pada taraf kepercayaan 95% atau ( = 0,05.

G. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 Hasil Pengujian Model Regresi Secara Simultan

Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, digunakan metode regresi linear berganda dengan hasil analisis sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Berganda Pengaruh Pengetahuan tugas, ketrampilan kerja, dan kecerdasan emosional terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Bank Pemerintah di Kota Kendari

Variabel Bebas

Koefisien Regresi

thitung

tsignifikan

X1

X2

X3

0,339

0,500

0,325

2,193

2,619

2,145

0,037

0,015

0,023

Konstanta bo

R square

R

Fhitung

Fsignifikan

Standar Error

= - 3,250 dengan t signifikan 0,439

= 0,599

= 0,774

= 12,603

= 0,000

= 1,798

N = 60

a = 0,05

Sumber : Data primer diolah, 2009.

Berdasarkan hasil-hasil perhitungan seperti pada Tabel 3 tersebut maka dapat dikemukakan penjelasan sebagai berikut:

1. Angka konstanta (βo) sebesar -3,250 yang berarti bahwa bila nilai variabel pengetahuan tentang pekerjaan, ketrampilan kerja, dan kecerdasan emosional sebesar nol, maka prestasi kerja karyawan sebesar -3,250. Nilai tersebut menunjukkan bahwa apabila karyawan tidak didukung dengan pengetahuan pekerjaan, ketrampilan kerja dan kecerdasan emosional dalam menjalankan tugas/pekerjaannya maka prestasi kerja karyawan nilainya negatif. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa ketiga variabel penelitian mempunyai arti yang penting untuk meningkatkan prestasi kerja, terutama pada bank-bank bumn khususnya yang ada di Kota Kendari.

2. Nilai F hitung sebesar 15,423 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 hal tersebut dapat diartikan bahwa secara statistika variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3), secara simultan (bersama) berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan (Y) pada taraf kepercayaan 95%. Begitu pula secara parsial, ketiga variabel penelitian berpengaruh positip dan signifikan (nilai thitung > t tabel)

3. Untuk melihat besarnya pengaruh langsung variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dilihat dari bersanya koefisien determinasi (R2). Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,599 (59,9%) yang berarti variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3) berpengaruh secara langsung terhadap prestasi kerja (Y)sebesar 59,9% sedangkan pengaruh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model sebesar 0,407 (40,7%). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka ketiga variabel bebas dapat digunakan secara bersama-sama untuk memprediksi prestasi kerja karyawan bank-bank BUMN di Kota Kendari. Sedangkan untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel terhadap prestasi kerja dapat dilihat lebih jauh pada koefisien regresi parsial.

4. Nilai korelasi berganda (R) yang menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat sebesar 0,774 menunjukkan bahwa keeratan hubungan langsung antara X1, X2, X3 terhadap Y adalah sebesar 77,4%, secara statistik hubungan tersebut termasuk kuat. Oleh karena itu, model regresi yang dihasilkan dapat dianggap sebagai model penduga yang baik dalam menjelaskan pengaruh pengetahuan tentang pekerjaan/tugas, ketrampilan kerja dan kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja karyawan pada bank-bank BUMN di Kota Kendari.

2 Hasil Pengujian Model Regresi Secara Parsial

Secara parsial, dengan melihat nilai t hitung dan nilai signifikansi menunjukkan bahwa t hitung setiap variabel bebas lebih besar dari nilai t tabel. Sehingga secara statistik, variabel bebas berpengaruh positip dan signifikan terhadap variabel terikat. Ketiga variabel bebas dapat dijadikan prediktor terhadap variabel terikat. Berdasarkan hasil olah data, menunjukkan hasil sebagai berikut:

1. Variabel Pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1)

Signifikansi pengaruh variabel X1 (pengetahuan tentang tugas/pekerjaan) terhadap Y (prestasi kerja karyawan), diperoleh nilai thitung (t0,05 = 2,193), dengan nilai signifikansi sebesar 0,037 yang berarti lebih kecil dari α = 0,05 (tsig 0,037 < style=""> Besarnya koefisien regresi 0,339 (33,9%) yang berarti variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1) berpengaruh sebesar 33,9% terhadap Y dan dapat dijadikan sebagai salah satu variabel penduga/prediktor bagi prestasi kerja karyawan pada bank-bank BUMN di Kota Kendari.

2. Variabel Kemampuan Kerja (X2)

Signifikansi pengaruh variabel keterampilan kerja (X2) terhadap prestasi kerja karyawan (Y) diperoleh nilai thitung (t0,05 = 2,619), dengan nilai tsig = 0,015 yang berarti lebih kecil dari α =0,05 (tsig 0,015 < style=""> Hal ini mengindikasikan bahwa nilai koefisien (X2 sebesar 0,500 secara statistika berbeda nyata dengan nol. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel X2 secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y. Artinya, secara parsial variabel X2 (kemampuan kerja) dapat menjadi variabel penduga yang kuat (bermakna) bagi prestasi kerja karyawan. Karena itu, X2 dapat dimasukkan dalam model penduga prestasi kerja karyawan bank-bank BUMN di Kota Kendari. Pengaruh variabel kemampuan kerja terhadap prestasi kerja sebesar 0,500 (50%).

3. Variabel Kecerdasan Emosional (X3)

Signifikansi pengaruh variabel kecerdasan emosional (X3) terhadap prestasi kerja (Y) diperoleh nilai thitung (t0,05 = 2,145) dengan nilai tsig = 0,023 (lebih kecil dari 0,05 (tsig 0,023 < style=""> Koefisien regrasi variabel kecerdasan emosional sebesar 0,325. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosional secara parsial berpengaruh positip dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Sedangkan besarnya pengaruh sebesar 32,5%. Dari kriteria secara statistik maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan emosional dapat digunakan sebagai prediktor/penduga terhada prestasi kerja pegawai/karyawan bank-bank BUMN di Kota Kendari.

Berdasarkan hasil pengujian model secara parsial tersebut, maka model regresi simultan yang menyatakan pengaruh kemampuan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada bank-bank BUMN di Kota Kendari, dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = -3,250 + 0,339 X1 + 0,500 X2 + 0,325X3

Dimana:

Y = Prestasi kerja karyawan

X1 = Pengetahuan

X2 = Keterampilan kerja

X3 = Kecerdasan Emosional

4.6.3 Pengujian Hipotesis

Dari pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), kecerdasan emosional (X3), berpengaruh siginifikan terhadap prestasi kerja karyawan (Y) pada bank-bank BUMN di Kota Kendari. Dari pengujian baik secara simultan maupun parsial menunjukkan: (1) Hasil Uji Simultan dengan menggunakan nilai f hitung pada taraf ( = 0,05 sebesar 12,603 (F0,05 = 12,603), dan nilai Fsig sebesar 0,000 (Fsig = 0,000) berarti nilai Fsig < style=""> Karena itu, secara keseluruhan atau secara bersama-sama variabel X1 (pengetahuan tentang tugas/pekerjaan), X2 (keterampilan kerja), X3 (kecerdasan emosional), berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan (Y). Dari pengujian secara parsial menunjukkan bahwa nilai t hitung masih lebih bersar dari nilai t tabel. Atas dasar ini, maka hipotesis penelitian yang diajukan sebelumnya dapat diterima karena terbukti kebenarannya.

4.7 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis seperti tersaji pada Tabel 3, mengindikasikan bahwa variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan (Y).

Fenomena tersebut dipertegas pula dengan nilai koefisien determinansi (R2) sebesar 0,593. Angka ini menunjukkan bahwa terjadinya variasi prestasi kerja karyawan (Y) dapat dijelaskan oleh pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3) sebesar 59,3%. Dengan kata lain, bahwa pengaruh langsung secara simultan dari variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), ketrampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3) terhadap prestasi kerja karyawan (Y) adalah sebesar 59,3%. Karena itu, pengaruh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model hanya sebesar 40,7%.

Selain itu, tingkat keeratan hubungan secara simultan dari pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3) terhadap prestasi kerja karyawan adalah sebesar 0,770 (77%). Angka ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan (X1), keterampilan kerja (X2), dan kecerdasan emosional (X3) memiliki keeratan hubungan langsung terhadap meningkat dan menurunnya prestasi kerja karyawan sebesar 0,770. Menurut Sugiyono (1999: 216) menyatakan bahwa tingkat keeratan hubungan sebesar 0,77 tersebut dapat dikatakan kuat.

Oleh karena itu, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang tugas/pekerjaan, keterampilan kerja, dan kecerdasan emosional memiliki pengaruh dan hubungan yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, khususnya pada bank-bank BUMN di Kota Kendari.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan tentang tugas/pekerjaan, keterampilan kerja, dan kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja karyawan memiliki hubungan dan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada bank-bank BUMN di Kota Kendari. Karena itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini seluruhnya dapat diterima. Variabel keterampilan kerja dan pengetahuan tentang tugas/pekerjaan mempunyai pengaruh lebih kuat dibandingkan dengan variabel kecerdasan emosional. Hasil tersebut merupakan dukungan terhadap teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengetahuan tentang tugas/pekerjaan, ketrampilan kerja dan kecerdasan emosional seorang karyawan/pegawai sudah dapat menjamin prestasi kerja seorang pegawai/karyawan khususnya karyawan pada bank-bank BUMN di Kota Kendari.


DAFTAR PUSTAKA


Azwar, Saifuddin., 1995. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi 2 Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cameron, Kim., “Developing Emotional Intelligenceat The Weatherhead School of Management”, Strategy: The Magazine of Weatherhead School of Management, Winter, 1999, h. 2-13.

Flippo, Edwin B., 1990. Manajemen Personalia. (Edisi Terjemahan) Cetakan Ke-6. Jakarta: Erlangga.

George, Jenifer M, and Gareth R. Jones, 2002. Organizational Behavior, Third Edition. New Jersey: Prenctice-Hall, Upper Saddle River.

Gibson, L. John M. Ivancevich, James H. Donnely Jr., 1996. Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, Proses. (Edisi Terjemahan) Cetakan Ke-4. Jakarta: Erlangga.

Hall, Douglas T, and James G. Goodale, 1986. Human Resource Management; Strategy, Design, and Implementation. Glenview, Illinois. Scott, Foresman and Company.

Handoko, T. Hani., 2000. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Edisi Ke-2. Yogyakarta: BPFE.

Huy, Quy Nguyen, “Emotional Capability, Emotional Intelligency, and Radical Change”, Academy of Management Review. Vol. 24. No. 2., 1999, h.325-3445.

Luthans, Fred., 2002. Organizational Behavior, 9th Edition. Boston: McGraw-Hill Companies, Inc.

Mangkunegara, Anwar Prabu., 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muh. As’ad., 1990. Manajemen Personalia. Cetakan ke-6. Jakarta: Erlangga.

Robbins, Stephen P., 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Ruky, Ahmad. S., 2002. Sistem Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Schmidt, Frank L. and John E. Hunter, “The Validity and Utility of Selection Methods in Personel Psychology: